BORONG, DENORE.ID—Ketika mengucap selaksa terima kasih bagi sejumlah donatur pembangunan Gereja St. Maria Stasi Podol, Paroki Kisol, Kevikepan Borong, tiba tiba Ketua Panitya pembangunan, Robertus Jebabu, diam dan hening sejenak. Pandangannya menerawang. Sesekali menatap dalam dalam candi gereja yang menjulang ke langit. Bola matanya memerah. Biji bening tak kuasa menahan. Jatuh merembes. Membelah pipinya.
Ia diam dan menangis. Seujud kata akhir mengatupnya dengan serak nan teduh. “Terima kasih. Tanpa bantuan donatur gereja megah ini tak mungkin tuntas dibangun. Atas semua kebaikan, atensi, perhatian dan kontribusi semua pihak menjadikan semuanya indah. Terberkatilah semua kebaikan. Kami mengenang dalam doa doa tulus,” ucapnya datar seraya menghela napas dengan berat.
Rekaman peristiwa ini ketika berlangsung resepsi misa pemberkatan Gereja St. Maria Podol, Minggu (10/7/2022) siang. Misa dipimpin Vikep Borong, Rm. Simon Nama, Pr didampingi Pastor Paroki Kisol, Rm. Dedy Subaldri, Pr. Turut hadir Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP) Kisol, Sebastian Anggal, Utusan Yayasan Vinea Dei, Pancratius Purnama, Tokoh Masyarakat Matim, Bapak Marsel Sarimin, Ibu Ika Soch, Ketua FORKOMA Matim, Tino Rani dan sejumlah undangan lainnya.
Untuk diketahui misa pemberkatan Gereja St. Maria Podol merupakan puncak seluruh rangkaian acara. Malam hari sebelumnya, berlangsung ritual adat penyerahan bangunan gereja dari panitya pembangunan kepada pengurus stasi mewakili Pastor Paroki Kisol. Dua rangkaian prosesi tersebut berlangsung khusuk. Meski rinai hujan sempat menetes tak mengusik kehikmatan perayaan. Di sela-sela resepsi disuguhkan pentas seni anak-anak SEKAMI dan anak-anak THS/THM Stasi Podol.
Tentang cikal bakal pembangunan Gereja St. Maria Podol, Robertus Jebabu, mengisahkan secara jujur dan detil. Semula, kisahnya, Kapela Stasi Podol hanya berupa bangunan sederhana. Menampung umat yang jumlahnya tak seberapa. Bangunan kapela tersebut dirombak tahun 1986 dengan ukuran yang lebih besar. Hal itu dilakukan, selain alasan bangunan kapela yang ada sudah tua, juga jumlah umat semakin bertambah. Sebanyak 40 KK gotong royong mengerjakan kapela.
Namun seiring berjalannya waktu gereja sederhana itu terancam rubuh. Atap seng berkarat dan berlubang. Jika hujan tiris merembes seluruh atap. Dinding bangunan rusak. Sebab pelupu sudah kropos. Demikian lantai kapela membentuk onggokan tanah.
Menyikapi kondisi bangunan kapela tersebut, tahun 2012 sejumlah Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Podol berinisiatif untuk perbaikinya. Mereka diskusi bersama Dewan Stasi. Hasilnya disepakati bangunan kapela yang ada tersebut segera diperbaiki. Material yang berkaitan perbaikan kapela disepakati. Namun atas usulan Bapak Namin Fabian dan beberapa tokoh masyarakat asal Podol berdomosili di Borong kesepakatan itu berubah. Mereka mengusulkan, sebaiknya bangun baru secara permanen dengan ukuran lebih besar.
Tawaran tersebut tidak segera ditindaklanjuti OMK. Mereka diskusi lebih lanjut bersama Dewan Stasi. Dewan Stasi Podol menyepakati usulan tersebut. Maka sejak September 2012 pembangunan gerja ukuran 12X24 M itu dimulai. Sumber keuangan selain bantuan donatur juga sumbangan umat sebesar Rp 10.000 per KK per bulan. Sedangkan tenaga kerja melibatkan semua umat terbagi dalam tiga kelompok. Setiap kelompok bergilir bekerja dengan panduan tukang dari wilayah Podol.
- Tokoh Muslim Bantu Seng
Meski proses pembangunan Gereja Podol berlangsung pelan, tetapi menunjukan perkembangan membanggakan. Hal itu berkat kerja keras umat seluruhnya dan bantuan donatur. Sejumlah proposal mendapat respon positip. Sejumlah donatur memberi dengan iklas hati. Namun belum mencukupi untuk proses penyelesaian pembangunan gereja tersebut.
Yang berhasil dikerjakan berupa fundasi keliling dan tiang utama gereja berdiri tegak. Tak lama berselang, umat Stasi Podol mendapat bantuan seng dari tokoh muslim. Bantuan itu diberikan setelah bertemu Bapak Ismail Dean dan Haji Pua Sawa. Dua tokoh muslim itu membantu dengan iklas. Bantuan seng tersebut ditindaklanjut panitia pembangunan. Namun mengingat jumlah seng bantuan kurang mencukupi,maka disepakati dinding tembok gereja dipendekan 1,5 Meter dari rencana semula setinggi dinding gereja 4,75 M. Kebijakan itu ditempuh agar seng yang ada menutup seluruh atap bangunan gereja. jadi tinggi dinding gereja 3 Meter.
Hingga akhir tahun 2015 pekerja masih normal. Umat masih gotong royong mengerjakan bangunan gereja itu. Sedangkan memasuki tahun 2016 semua kegiatan pembangunan gereja lumpuh total. Sebab umat tak sanggup lagi mengumpulkan uang untuk pengadaan material. Yang masih sanggup hanya fisik dan tenaga. Karena itu diputuskan menghentikan sementara kegiatan pembangunan gereja.
Dalam kondisi seperti itu, tak lama berselang informasi bantuan dari Yayasan Vinea Dei datang. Menanggapi informasi tersebut, panitia bekerja cepat. Namun resikonya Rancangan Anggaran Pembangunan (RAP) harus dibuat ulang. Dalam RAP diajukan juga pembangunan candi, kamar sakaristi dan kamar ganti pakaian imam. Bantuan sebesar Rp 300.000.000 dari Yayasan Vinea Dei sangat berarti sehingga pembangunan dilanjutkan hingga selesai. “Hasil supervisi Yayasan Vinea Dei menyatakan puas. Pembangunan berakhir tahun 2019 lalu. Kami bersyukur, “ katanya.
Jebabu menandaskan, semula direncanakan pemberkatan kapela berlangsung pada tahun 2019. Namun bersamaan itu pandemi Covid-19 melanda sehingga prosesi pemberkatan ditunda. Tahun 2022 ini pemberkatan gereja dapat dilaksanakan. “Seluruh pekerjaan sudah selesai tahun 2019 lalu. Kami sudah pakai gereja ini. Hari ini berlangsung pemberkatannya,” ujar Jebabu.
Vikep Borong, Rm. Simon Nama, Pr menyatakan bangga dengaan usaha umat. Bangunan gereja yng ada sangat megah. Karena itu dia berharap umat dapat menjadikan gereja tersebut sebagai tempat doa. Sembah syukur kemuliaan Allah. “Saya harap semakin banyak umat berdoa. Saya akan datang untuk pimpin perayaan misa di gereja ini,” janji Rm. Vikep.
Sementara wakil undangan, Marselinus Sarimin, meminta kepada pengurus stasi dan umat setempat untuk menciptakan iklim bernuansa ekologis di gereja. Caranya menanam pohon dan bunga di seputar halaman gereja. Sebab lahan yang tersedia sangat memungkinkan. “Umat perlu ciptakan iklim ekologis yang lebih harmonis,” pintanya.
- Pisah Berderai Air Mata
Di sela-sela resepsi pemberkatan Gereja St. Maria Podol dilanjutkan acara temu-pisah dengan Pastor Paroki Kisol, Rm. Dedy Subldi, Pr. Derai air mata umat tak terbendung. Lagu kemesraan yang dinyanyikan bersama meruncing emosi. Umat menangis. Mereka tak kuasa melepas Rm Dedy. Sebab pastor yang berkarya selama lima tahun di wilayah tersebut sungguh sungguh menampakan perwujudan tugas gembalanya secara baik. Rm, Dedy dikenal sebagai pastor yang tidak merepotkan umat. Rm Dedy akan bertugas di Paroki St. Klaus. Saat ini tinggal menunggu acara serah terima dengan pastor baru Paroki Kisol. (Kanis Lina Bana/Denore.id
