Oleh Kanis Lina Bana*
Dua hari terakhir belakangan ini, dramaturgi kehidupan sepasang anak manusia beda kelamin ditayang media sosial face book. Adegan penuh tegangan terlihat jelas di sana. Econ menjegal sang tambatan hatinya agar batal berlayar ke Denpasar. Sementara kekasih wanita bernama Ican mati-matian tetap ngotot pergi tinggalkan Econ.
Dari potongan video, tergambar jelas usaha Econ melarang kekasihnya pergi. Sebab kepergian Ican belahan jiwanya itu bakal menyisahkan lara. Atau kepergian Ican bakal meremukkan semangatnya. Itu sebabnya Econ melarang Ican pergi agar keduanya tetap bersama. Merendah masa depan. Merawat harap yang pernah anyam bersama. ‘Menyeduh’ mimpi mimpi di tanah pusaka Manggarai Barat.
Saya menduga, Econ mendapatkan kekasihnya di dermaga itu hendak pergi hanya kebetulan semata. Mungkin saja Econ sedang mengais nasib di kota premium itu. Lalu terpantau Ican ada di antara kerumuman penumpang kapal di dermaga itu.
Bisa juga sekadar lepas lelah seraya melongoh geliat hilir mudik manusia di bantalan dermaga. Pada saat itulah Econ mendapat kabar kepergian Ican ke Denpasar. Atau juga kabar kepergian calon tulang rusuknya itu datang di masa injuri time. Bisa jadi ada kawan dekat melihat Ican di dermaga itu lalu mengabarkan kepadanya. Dengan itu pilihannya jelas, Econ menuju dermaga bertemu dan melarang Ican pergi.
Tertayang juga protes dari seorang ibu mempersoalkan sikap Econ yang belakangan ini tak nongol batang hidungnya ada bersama Ican. “Mengapa selama ini tidak cari, ketika Ican ‘hilang?. Meski Econ menanggapinya, tetapi kurang bersalera. Maklum seluruh konsentrasi hanya pada Ican.
Dan ini sesuai kadar hipotalamus pada manusia berjenis kelamin laki laki. Hanya bisa melakukan satu aktivitas pada jam yang sama. Sementara kadar hipotalamus perempuan lebih besar. Sehingga dalam waktu bersamaan bisa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan.
Terlepas kadar hipotalamus pada manusia, yang jelasnya adegan penuh sensasional itu, dalam hitungan detik jadi viral. Ko..viral? Siapa sih Econ. Biasa biasa saja kan? Artis lokal, bukan. Orang ternama juga tidak. Dari penampilannya, Econ hanya sosok pemuda sederhana yang sedang jatuh cinta.
Terlepas status Econ itu, petakanya di dermaga jadi viral. Itu sebabnya beragam empati meluap. Saling silang. Berpihak ke Econ juga kepada Ican.
Sekian banyak di antaranya menaruh pedih karena Econ kembali jomblo. Jomblo lagi. Boleh jadi dan sangat boleh jadi, menaklukkan hati Ican butuh energi tidak sedikit. Itu sebabnya ketika Ican hendak pergi, Econ mati-matian melarangnya.
Tetapi mau bilang apa, Ican tetap berangkat menuju Denpasar. Entah sekadar melepaskan cinta Econ,si pemuda tanggung itu atau ada cinta lain yang sedang bertaut. Bisa juga ada tawaran pekerjaan. Ican butuh kepastian untuk menyusun hidup dan kehidupannya.
Tak pelak juga banyak sanjungan buat Ican. Ican menjadi potret wanita yang berani bersikap. Tidak pasrah menyerah kepada Econ yang mati-matian melarangnya. Bisa saja Ica mati-matian pada pendiriaannya, ketika harapan yang ditawarkan Econ sebatas basah menetes di pelataran rasa. Mengapa harus luluh jika semua mimpi mimpi yang diracik bersama Econ tanpa ujung pasti.
Boleh jadi Ican tinggalkan Econ karena mimpi mimpi yang digagas bersama belum mendarat di dermaga kasih sayang yang sesungguhnya. Mereka mendayung bersama tapi tak kuasa tiba di tepian. Atau berlayar bersama belakangan ini, tapi dermaga tujuan berbeda. Atau juga sekadar mengisi sepi Ican menerima cinta Econ. Dan ketika tambatan hati sesungguhnya memanggil pulang, tak ada bela rasa buat si Acon itu.
Maaf ini tafsiran saja. Yang jelasnya, cinta membuat orang mabuk kepayan. Cinta tidak bisa berlogika. Apalagi dengan premis mayor minor. Cinta pada hekekatnya mengalir dalam energi kesejatiannya.
Ocen. Oh..Ocen, cintamu telah kandas di bantalan dermaga. Ketika raga tak kuasa menahan hasrat membara ke Denpasar. Boleh jadi ini cara lain Sang Khalik tak merestui cintamu melenggang. Buktikan kawan. Masih ada yang lain di sana. “Ubahlah pasir jadi mutiara,” kata Jansen Sinamo-penulis buku best seller.
Lebih jauh lagi, Econ. Belajar pada Abraham Lincoln. Tidak penting berapa kali kita gagal. Yang penting berapa kali kita bangkit. Jangan larut dalam kecewa yang sesak. Ada Ican Ican lain sedang antre bro.. Bangkit dan gapailah cinta sejatimu. (*)
