Oleh Kanis Lina Bana*
David Sutarto. Demikianlah nama lengkapnya. Cukup familiar. Bukan hanya masyarakat Manggarai Raya saja, tapi warga NTT juga.
Ketenarannya bukan karena lahir dari rahim keluarga berada. Anak saudagar kopi Manggarai Raya, tapi jelajahnya di dunia politik. Sarjana Tekhnik Sipil ini, sudah makan asam garam di telaga politik. Bahkan untuk dunia yang satu ini, telah jadi nadinya mengabdi. Berada, bersaksi, bersosial dan bermasyarakat.
Karena itu, ketika beda pilihan politik, David Sutarto, tak gentar sedikitpun. Tetap nekat maju. Bersuara lantang membawa spirit politik partai. Itulah dawai politik seorang David Sutarto. Selalu menantang nyali untuk melangkah. Membuktikan abdi dan tanggung jawab nyata.
David Sutarto sosok hebat dalam urusan politik. Meski feeling politiknya tak selalu bercahaya terang. Ups and down, silih berganti. Bergulir bagai roda kendaraan, kadang di atas, kadang di bawah. Entengnya, hasil tak mungkin mengingkari proses. Itu sebabnya David tak pernah kapok berurusan dengan politik. Telan pil pahit, bangkit lagi. Lompat dari partai yang satu bertengger ke partai lain, sudah biasa. Lebihnya seorang David Sutarto, bukan karena sorong diri merengek seraya mematikan yang lain. Sebaliknya, pimpinan partailah yang datang elus manja, seraya beri mandat. Ini sulit dikejar.
Bagi David bermain politik sudah jadi habitatnya. Tidak takut resiko. Tak pandai mencari aman. Karena baginya politik bagian berwujudan adanya untuk ada ada yang lain. Bukan jabatan tapi media perwujudan diri bagi sesama. Seperti tahun 2007 lalu. Saat masih menduduki jabatan strategis anggota DPRD Manggarai Timur, David nekat bertarung merebut pucuk pimpinan tertinggi di Manggarai Timur. Ketika itu berlangsung pentas Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkda) Manggarai Timur tahun 2008. Berpasangan dengan Agustinus Liontas, David Sutarto nekat bertarung.
Yang menariknya, dalam kampanye, David Sutarto, selalu tampil beda. Gagasannya berisi. Daging semua. Nutrisi tinggi. Jika enam kandidat lain menarasikan kiat bangun daerah standar standar saja, David justeru membidik lebih menukik ke desa. Menurutnya, desa harus jadi sentral seluruh pembangunan. Untuk itu dana desa harus lebih besar. Tak tanggung-tanggung Rp 250 juta per tahun dia gelontorkan jika terpilih. Itu gagasan spektakulernya. Itu brandnya.
Sayangnya, ide cemerlang itu kandas dinyatakan karena paket bersandikan Virgo itu kalah. Mungkin karena sandi politik Virgo, sehingga sampai pencblosan usai pun tetap “perawan”. He..he..Itulah realitas bermain politik. Tidak hitam, tidak putih. Selalu abu abu, warna-wanri penuh romantika.
Tetapi yang membanggakan dan itu jadi lembaran sejarah ciptaan seorang David Sutarto. Ide gelontorkan dana besar ke desa desa, kemudian diadopsi pemerintah pusat dua atau tiga tahun kemudian. Di titik ini, simpulnya jelas. Boleh gagal di tingkat eksekusi, tetapi gagasan bernas itu tidak melayang di udara. Dibumikan dan terjawab dalam realitas kebijakan pemerintah pusat. Luar biasakan?
- Bernyali Tak Takut Resiko
Sosok tinggi jangkung ini, saya kenal bermula dari Rino Denaor, anaknya. Saat menjalani praktek ulang Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di SMPK St. Fransiskus Ruteng. Usai menyelesaikan studi tingkat V di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Uskup Ruteng, waktu itu, Mgr. Eduardus Sangsung, SVD menugaskan saya membantu Rm. Mansu Hariman, Pr.
Di sela itu, menjelang semester pertama di SMPK St. Fransiskus, putera sulung David Sutarto, melakukan “kenakalan” kecil sehingga lembaga memanggil orang tua murid untuk menyelesaikannya.
Sesungguhnya, kenalan Rino tidak seberapa. Kenakalan cerdas. Biasa saja. Kenakalan umum bagi remaja bau kencur hendak lepas landas. Sosok bertubuh kecil, pendek dan mungil ini seperti siswa kebanyakan dalam berasrama. Anak cerdas berpikir logis. Otaknya termasuk sepuluh besar. Tapi di titik tertentu, pasrah jenuh. Maka langgar aturan asrama jadi pilihan terdesak.
Namun, di atas sanksi kenakalan kecil itu adalah perjumpaan bersama orang tua. Agar proses pendidikan dan pembelajaran anak jadi tanggung jawab bersama. Bukan hanya guru di sekolah, tetapi orang tua juga. Itulah alasan mengapa orang tua murid Rino Denaor dihadirkan ke sekolah.
Pada kesempatan itu, Rm. Mansu Hariman, Pr dan saya bertemu David Sutarto. Saya hanya sebentar karena harus mengajar. Urusan selanjutnya Rm. Mansu Hariman, Pr selaku pimpinan lembaga diskusi bersama David Sutarto. Di penghujung pertemuan saya masih sempat bertemu, David Sutarto, ketika hendak meninggalkan halaman sekolah. Bersamaan kepulangan David Sutarto itu, diam-diam saya mengaguminya. Entah aura apa yang mengalir hingga terpikat, saya tidak tahu persis.
Perjumpaan berikutnya berlangsung di lembaga DPRD Manggarai. Saat saya sudah berladang di SKH Pos Kupang. Ketika sidang berlangsung, pokok pikiran David Sutarto jernih lurus. Argumentatif. Tentang rakyat kecil, David bersuara terang. Meraung keras menyelamatkan rakyat kecil. Apalagi kasus Colol masih segar, waktu itu. Hutan dan tanaman kopi masyarakat jadi landas pijak argumentasinya. Pokoknya berisi keberpihakkan kepada rakyat banyak.
Pernah suatu ketika, saat sidang berlangsung, anggota Dewan satu-satunya walk out adalah David Sutarto. Pihaknya meninggalkan ruang sidang karena nuansa politik lembaga tak sejalan perjuangannya. Tak heran wartawan senior Anton Pandong nyeletuk jenaka,” David lahir terlalu cepat dan seorang diri!”
Sebab David Sutarto tegak pada prinsip politiknya. Tak bergeming terhadap godaan yang sifatnya instan. Baginya politik tidak sebatas seni bermain kepentingan, tetapi lebih dari itu media jawab kepentingan masyarakat. Urusan keselamatan banyak orang. Urusan kebaikan bersama. Lembaga Dewan bermain dalam ranah suci itu.Karena itu ketika perang urat saraf kian liar, David tetap komit pada pilihan politiknya. Meninggalkan ruang sidang wujud menolak bungkam.
Catatan lain. Ketika Pilkada perdana Manggarai tahun 2005, David Sutarto, mengusung figur yang memperjuangkan pemekaran dan pembentukan Kabupaten Manggarai Timur. Ketika orasi politik di Warat, David Sutarto, menyatakan dengan tegas tentang itu. Menggelorakan empati pemilih.
Singa podium yang pandai mengelola psikologi masyarakat ini bicara lantang. ‘Menyala” dan menggelegar. Tak ragu mewartakan gagasan cemerlang kepada masyarakat. Bahwa Manggarai Timur segera otonom jika paket usungannya, Drs. Christian Rotok-Dr. Deno Kamelus, SH.MH pimpin Manggarai. Kemudian janji politik itu terjawab. Diterjemahkan dengan elegan oleh Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok dan Wakil Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH.MH.
- NasDem Panggil Pulang
Suatu ketika. Saat pulang liputan di Ruteng. Persis melewati tikungan halus dekat Wae Laku, Borong, Manggarai Timur satu unit kendaraan Daihatsu Taft Hiline, mendahului kuda lumping saya, lalu berhenti. Turun dari kendaraan itu seorang David Sutarto. Kepada saya dia berkata singkat, lurus, jelas.”Kanis gabung di NasDem. Saya tunggu di sekretariat”.
Entah apa namanya, perkataan itu sungguh menghipnotis. Menjalar liar di tempurung otak saya. Menerima dan menolak sama kuatnya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya jika ada petinggi partai menawarkan bergabung, saya tak tergoda. Tetapi, ajakkan seorang David Sutarto, di hari itu membuat saya mendayu-dayu. Intuitif bergelora. Kedalaman batin turun naik. Padahal tawarannya singkat. Tanpa bumbu diplomasi berbelit-belit. Dan akhirnya, saya bergabung dan ikut membesarkan Partai NasDem di Manggarai Timur.
Saya bangga bersamanya. Aliran energi mengelola Partai NasDem Manggarai Timur tertular rekat. Meski kadang bingung berhadapan dengan tumpukan berkas administrasi yang menuntut penyelesaian singkat dan tepat. Saya belajar bersama. Saya mengerti seni mendesain dinamika politik. Meski keberuntungan belum memihak ketika saya turut bertarung, tetapi ada bersama, membesarkan Partai NasDem bersama David Sutarto menjadi media pembelajaran yang memerdekakan.
David selalu ikut dinamika politik. Dan setiap pentas politik berlangsung, pesannya menggigit,” harus memang!” Kemenangan harus diraih. Prinsip siap menang, siap kalah tak ada dalam kamus politiknya. Sebab hanya menanglah yang harus diperebutkan. Jika terpaksa kalah, itu soal lain. Kalah bermartabat.
Namun politik tak selalu bening. Penuh tegangan. Ketika melampaui kewajaran, David tak tanggung-tanggung meninggalkan partai itu. Seperti periode awal dalam tubuh NasDem. Pada titik tertentu David pamit pergi. Bukan menghindarkan diri, tapi integritas politiknya. Melawan jika kebijakan tidak bijaksana. Kebijakan yang mengabaikan proses. Tindakan yang menafikan AD/ART partai. Dan itu telah David Sutarto tunjukan ketika pimpinan NasDem bersikap otoriter.
Pamitnya seorang David Sutarto dari Partai NasDem Matim, sangat berdampak. Buktinya cahaya terang Partai NasDem kian redup. Dan ini sepertinya disadari petinggi NasDem. Tak pelak, David Sutarto dipercayakan lagi pimpin NasDem Manggarai Timur. Sepertinya petinggi NasDem kilaf dan menyadari bagaimana komitmen seorang David Sutatro membesarkan NasDem. Tentu mempercayakan David Sutarto pimpin NasDem Manggarai Timur karena NasDem membutuhkannya. Berpikir sebaliknya? Itu di luar kamus seorang David Sutarto. Saya jamin itu. Saya kenal luar dalam bagaimana integritas politik orang ini.
Apakah ada rencana lain? Kita tidak tahu. Itu urusan politik. Hitam atau putih tidak pernah memberi garansi. Selamat bertugas guru politikku! (*)
