Expo Pendidikan: Strategi Meningkatkan Prestasi Siswa di Manggarai Timur

Ino Sengkang/Ketua FTBM Manggarai Timur/Foto/Ist

Oleh : Ino  Sengkang*

Tulisan Bung Kanis Lina Bana (Denore.id, 20 Mei 2022) mengupas judul“ Anak Manggarai Timur Hebat”. Memang begitulah faktanya. Itu benar.  Jujur. Sebagai juri, saya juga terpukau menyaksikan penampilan siswa/i utusan dari 12 kecamatan Manggarai Timur. Saya bahkan ikut terhipnotis dengan kehebatan siswa/siswi SD dan SMP.

Mereka mampu bicara lantang, tegar, berkarakter di atas panggung. Mereka bisa menguasai panggung. Bisa berbicara di depan umum. Tidak gerogi, tidak gemetar. Saya membayangkan bagaimana antusias para kontestan, didukung orang tua, dan guru pendamping  mempersiapkan segalanya agar bisa tampil maksimal. Mereka luar biasa bukan main.

Saya patut acungkan dua jempol untuk 72 kontestan yang sudah tampil di panggung bergensi Expo Pendidikan Manggarai Timur yang digelar di centra  IKM Rana Tonjong, Keluarahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur pada Selasa (17/5/2022) DAN Rabu (18/5/2022).

Saya coba refleksi sejenak, “Apakah expo pendidikan merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di Manggarai Timur?” Di balik pertanyaan reflektif ini, saya berpikir  ada masalah serius pada proses pembelajaran “gaya lama” dan potensi siswa yang jarang ditampilkan atau dipublikasikan.

Masalah pertama, selama ini peserta (siswa/i) Manggarai Timur punya bakat, potensi, dan minat, namun belum pernah di ekspos. Kedua,  ruang kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah hanya berpusat dalam ruang kelas berukuran 9 m x 8m. Selain itu, guru masih menggunakan metode ceramah. Mengajar hanya untuk menjalankan rutinitas tanpa ada kreatifitas dan inovasi pembelajaran yang menyenangkan. 

Ketiga, siswa/i kurang diberi ruang atau jarang tampil di panggung. Keempat, siswa-siswi kurang kreatif, kurang inovatif, tidak mandiri, tidak bekerja sama (gotong royong) dalam belajar. Semua bergantung pada guru. Urusan pendidikan hanya tugas guru saja. Tambah lagi tidak ada dukungan orang tua.

Selain itu, masalah utamanya, disebabkan pandemik Covid 19 yang melanda dunia. Dunia pendidikan kocar kacir. Bersyukur Mas Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Republik Indonesia segera mereviuw dan kembali ke metode belajar yang merdeka seperti yang telah ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Maka dalam syair tarian vera yang ditampilkan siswa/i SDK Paundoa pada apel hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2022. Bunyinya “Ema Dewantara, ema pera ndara, (Bapak Dewantara, bapak pembawa terang); Ema Makarim, peku pa’i ate kami (Bapak Makarim membangunkan hati kami yang tidur).   Sampailah pada kurikulum merdeka belajar, guru penggerak, sekolah penggerak dan pembelajaran lebih ditekankan pada minat anak (diferensiasi)

Menurut pengamatan saya, momen HARDIKNAS (2 Mei 2022) yang diselenggarakan pada Hari Kebangkitan Nasional ( 20 Mei 2022) merupakan langkah strategis Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (PPO)  Kabupaten Manggarai Timur untuk berbenah demi meningkatkan mutu pendidikan di Manggarai Timur. Maka, mengatasi masalah di atas, Dinas PPO Matim menggelar Expo Pendidikan dengan tema “Serentak Bergerak Wujudkan Pelajar Profil Pancasila”.

Expo pendidikan adalah sebuah pergelaran pameran pendidikan yang bertujuan memberi kesempatan secara merdeka kepada peserta didik, guru, dan sekolah penggerak yang memuat enam dimensi Pancasila.

Berikut langkah strategis, expo pendidikan yang dapat saya tulis. Pertama, melalui expo pendidikan selama dua hari, peserta (siswa dan guru) mengalami dan menikmati apa itu yang namanya proses merdeka belajar sesuai enam dimensi profil pelajar Pancasila. Peserta belajar di kelas terbuka. Peserta menghayati imannya,  bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia. Mereka percaya bahwa hidup, belajar, dan kesuksesan adalah berkat dan anugerah terindah dari Tuhan. Peserta  memulai dan mengakhiri kegiatan dibuka dan ditutup dengan doa yang dipandu oleh pembawa acara.Meminjam istilah  Thomas Aquinas (1225-1274), bertaqwa kepada Tuhan merupakan le aeterna atau hukum abadi. 

Kedua, berkebhinekaan global. Melalui expo pendidikan peserta (guru dan siswa) berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang etnis yang berbeda, bahasa ibu yang berbeda. Peserta  mengekspresikan budaya dan kearifan lokal lewat gerak tari tradisonal dan cerita rakyat. Peserta  saling menghormati dan keberagaman dan menghargai toleransi antara peserta yang berbeda agama. Lebih dari itu, hakikat berkebhinekaan global sebagai makhluk sosial, peserta harus hidup bersama-sama dengan orang lain demi mencapai tujuan yang sesunguhnya. 

Ketiga, Mandiri. Melalui expo pendidikan, peserta lomba (siswa dan guru) secara mandiri bertanggung jawab mempresentasikan lomba dengan sungguh sungguh di atas panggung. Belajar mandiri, mencari materi, menghafal materi, latihan mandiri, menemukan hal baru, dan mengalami pembelajaran yang bahagia.  Dalam hidupnya mandiri belajar dengan guru, orangtua demi vitae sufficientia yakni kebahagian hidupnya sendiri.

Keempat, Gotong royong. Melalui expo pendidikan, peserta (siswa dan guru) mampu bekerja sama, dalam kelompok, bersama para guru, mencari informasi kearifan lokal dengan orang tua dan pendamping. Peserta mampu bekerja sama dan kompak untuk sebuah projek yang baik. Ketika mereka tampil, itu adalah berkat kerja sama semua pihak, baik guru-guru di sekolah, dukungan orang tua dan masyarakat di rumah dan pembimbing atau mitra.

Kelima, Bernalar kritis. Melalui expo pendidikan, peserta (siswa dan guru) mampu mencari data dan informasi lewat media sosial secara obyektif berdasarkan data yang valid, kemudian menarasikan dan ditampilkan lewat pidato, bertutur, dan vokal group.

Keenam, Kreatif. Melalui expo pendidikan, peserta (siswa dan guru) kreratif menampilkan mengaransemen lagu, gerak dan kreatif mengembangkan cerita bertutur, pidato. Selain itu, kreatifitas produk  karya (UMKM) di sekolah, seperti makanan lokal, kerajinan tangan, lukisan, aneka minuman, dan lain sebagainya. 

Hemat saya, selama dua hari Selasa  hingga Rabu (17-18 Mei 2022), 72 kontestan melalui kegiatan Expo Pendidikan Manggarai Timur, guru dan siswa/i mengalami merdeka belajar sesuai tujuan pendidikan Nasional  profil pelajar  Pancasila ( UU nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3). Hal itu dibuktikan dari konten lomba, materi lomba, dan proses hingga output.

Dengan demikian, dapat saya katakan Expo Pendidikan Manggarai Timur salah satu upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur (Dinas PPO) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa/i sesuai profil pelajar Pancasila, kurikulum merdeka belajar dan pembelajaran berdiferensiasi di Manggarai Timur

Harapannya, pertama. Expo Pendidikan sebagai strategi menumbuhkembangkan potensi peserta didik yang berwawasan luas dan berpikir kritis terus ditingkatkan. Kedua, Expo Pendidikan sebagai panggung kreatifitas intelektual patut dilaksanakan setiap tahun atau menjadi ajang tahunan, agar peserta didik terus berkompetensi.

Ketiga, Expo Pendidikan sebagai ruang refleksi pendidikan yang merdeka sesuai petuah Ki Hadjar Dewantara tokoh pendidikan  yang menyebut sekolah sebagai Taman Siswa. Taman belajar yang menyenangkan, taman belajar yang memerdekakan, penuh sukacita, dan tidak ada sekat pembeda antara siswa yang satu dan lainya.

Keempat, Peserta lomba yang telah ikut ambil bagian dalam expo pendidikan diharapkan bisa menceritakan kembali pengalamanya di sekolah masing-masing. Hendaknya mereka menjadi pioner atau duta expo pendidikan  bagi siswa/i di sekolah masing-masing. Siswa/I diharapakan bisa mengalami dan merasakan proses belajar yang menyenangkan. Mengikuti alur proses dan menikmati hasil yang menggembirakan.

Bagi guru bisa dijadikan bahan refleksi untuk terus mengembangkan strategi atau metode belajar yang menyenangkan sesuai minat siswa/i (diferensiasi)

Bagi sekolah yang belum dan akan mengikuti kurikulum merdeka belajar, expo pendidikan dapat dijadikan panduan agar bisa menerapkan merdeka belajar di sekolah. Apakah sekolah kita sudah benar-benar mengimplentasi kurikulum merdeka belajar yang berlandaskan profil pelajar pancasila? 

Akhirnya, dengan demikian untuk mewujudkan merdeka belajar, maka sesuai tema Expo Pendidikan Manggarai Timur, “Serentak Bergerak Wujudkan Profil Pelajar Pancasila” perlu melibatkan semua elemen mulai dari orang tua, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran sesuai  kurikulum merdeka belajar. Semua komponen ini semestinya serentak bergerak, bergerak bersama-sama dan sama-sama bergerak. Mari kita “Bergerak Menggerakan”. Salam Literasi. (*)

Penulis adalah Ketua FTBM Manggarai Timur, pegiat literasi dan penulis buku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!