Catatan Redaksi
Kelompok Gemar Menulis SMA Negeri 8 Poco Ranaka belum lama ini menggelar latihan jurnalistik. Salah satu obyek pengamatan dalam rangka latihan menulis adalah mengunjungi obyek wisata sejarah di Maro, Desa Poco Lia, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. Kunjungan tersebut menghasilkan beberapa tulisan. Denore.id menurunkan laporan itu mulai edisi ini.
Pelatihan jurnalistik Kelompok Gemar Menulis SMA Negeri 8 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur bicara banyak hal. Mulai dari hukum 5W 1 H, kiat mengatur alur tulisan, pilihan diksi, kalimat efeketif, dan ekonomi, narasi hingga proses editing. Ada enam langkah agar tulisan menarik, renyah, logis, dan mudah dipahami.
Khusus materi narasi diajarkan detail-detail melukiskan suatu peristiwa. Semua indra harus berfungsi. Maka disepakati berkunjung ke salah situs sejarah, yaitu Golo Empu di Maro, Desa Poco Lia, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT.

Maka hari ketiga latihan, peserta berkunjung ke situs sejarah Golo Empu. Melihat secara langsung lokasi warisan leluhur itu, mengidentifikasi lokasi, mengendus jejak sejarah, menggali kisah di baliknya dan hal-hal lain berkaitan dengan situs tersebut. Dengan demikian memudahkan peserta menarasikan hasil pengamatan dan makna pesan yang harus direnung dan diingatkan.
Namun agar bisa berangkat bersama dan pada jam yang sama disepakati semua peserta dilokalisir di rumah Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 8 di Maro. Semua peserta mulai mendatangi rumah bapak kepsek sejak pukul 16.00 Wita. Sebelum makan malam semua peserta sudah hadir. Mereka membawa serta pakaian ganti, alat tulis dan beberapa perlengkapan lainnya.
Menjelang makan malam Bapak Kepsek SMA Negeri 8 memberi beberapa masukan terkait perjalanan menuju lokasi. Juga mengingatkan agar proses latihan sebelumnya diterapkan secara tepat ketika ada di lokasi sasaran.
Usai makan malam dilanjutkan diskusi dan menyelesaikan tulisan yang masih tertunggak. Peserta yang sudah menyelesaikan tulisan dibahas bersama pembimbing. Terutama pilihan diksi dan alur tulisan. Banyak hal baru ditemukan ketika hasil tulisan dibahas bersama.
Setelah menyelesaikan pekerjaan dan bahas bersama, semua peserta berkumpul di ruang teras rumah bapak kepsek. Pembimbing mengingatkan dan menyegarkan lagi materi terkait narasi. Langkah-langkah tekhnis pengamatan, perlengkapan menuju lokasi. Selanjutnya istirahat malam.
Jumaat (14/10/2022) hari masih hijau. Pancaran mentari masih lembut. Peserta latihan mulai siap diri lalu sarapan pagi.
Sebelum bergerak menuju lokasi Kepala Sekolah SMA Negeri 8, Bapak Hendrikus Jemi, S.Pd, menyampaikan beberapa hal penting selama menempuh perjalanan menuju Golo Empu, dilanjutkan doa bersama.
Tepat jam 9.12 Wita rombongan tinggalkan rumah kepsek menuju lokasi. Benarlah filsuf Tiongkok, Lao Tzu, perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama. Dan inilah langkah pertama kami menyusuri jalan tanjak menuju situs sejarah Golo Empu. Ikut serta dalam kegiatan itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 8, Bapak Hendrikus Jemi, S.Pd, guru pendamping pelatihan dan beberapa tetua adat Maro.
Perjalanan menuju Golo Empu sangat menyenangkan. Ada penasaran yang meliuk dalam dada, ada pikiran liar dalam tempurung kepala, lompat sana lompat sini. Juga memikirkan bagaimana menarasikan perjalanan ke lokasi Golo Empu itu.
Tak heran, meski kaki sedang melangkah, menjejaki jalan setapak, kami masih saling diskusi. Mencatat hal-hal penting yang kami temukan. Identifikasi beberapa titik perhentian guna melengkapi tulisan kami.
Setibanya di Golo Bendera, peserta istirahat sejenak. Menatap pemandangan Kampung Maro dan beberapa titik pemukiman penduduk.Meski rumput hijau masih dilumuri embun tak mengusik semangat peserta. Semua sigap dan menyusuri perjalanan penuh makna itu.

Ada dua lintasan jalan menuju Golo Empu, yakni jalan setapak yang sering digunakan penduduk setempat atau lintasan jalan setapak menuju kebun warga Maro.Berdasarkan informasi beberapa tokoh adat, kami memilih jalan yang sering dilintasi warga menuju kebun mereka. Sementara jalan sebenarnya menuju Gole Empu sudah tak berbekas lagi, dipenuhi semak belukar. Kami “merayap” pelan. Melintas hingga puncak Golo Bendera, lalu meliuk sedikit menyusuri lereng punggung bukit hingga sungai.
Sepanjang perjalanan, kami dimanjakan udara segar, sebab hari masih pagi. Kicauan burung-burung turut menghibur sehingga kami lupa akan tanjakkan jalan. Peluh dan keringat membasahi tubuh, tak terasa. Kami juga berjumpa beberapa warga. Mereka sedang membersihkan rumput di lahan kopinya. Tegur sapa bersahut. Kami terhibur dengan keramahan mereka.
Saat melintasi sungai kecil ada ritual kecil. Ritual itu bertujuan menyapa, sekaligus minta izin penghuni sungai agar perkenankan kami melintasi perjalanan di situ. Kami lanjutkan perjalanan, sebelum sampai tujuan, ada satu pondok kecil milik warga. Pondok itu tak jauh dari puncak Golo Empu. Persis di pelataran Golo Empu.
Tanaman kopi penuh sesak di kebun milik warga. Kami istirahat sejenak, sekadar melepas lelah. Beberapa teman lain minum air, sebab haus terasa sesak di tenggorokan. Kurang lebih 38 menit perjalanan, kami tiba di puncak Golo Empu. Di puncak ini semua peserta menikmati pesona kekayaan alam Golo Empu. Hijau dedaunan ditingkah semilir angin menambah kepuasan.
Sejauh lensa mata menjangkau, di ujung sana selalu ada kepuasan. Kami tidak sia-sia berada di puncak Golo Empu. Kami foto bersama, mengabadikan momen di Golo Empu.Setelah puas menikmati pemandangan dan mengabadikan moment sejarah itu, Bapak Aloysius Jalus menggelar ritual adat tesi boto babang agu bentang. (Kelompok Gemar Menulis SMA Negeri 8 Poco Ranaka/bersambung)
