Ironi Merdeka Belajar di SMPN 18 Borong

Tim Kemendiknasristek RI, Unggul Sudrajat, sedang dialog dengan siswa -Siswi MPN 18 Borong terkait kegiatan merdeka belajar di sekolah itu. Foto/klb/denore.id

BORONG, DENORE.ID—Lantai tanah ruang kelas berlumur lumpur. Tanahnya lengket. Air tiris hujan dari atap gedung darurat SMPN 18 Borong,Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur masuk dengan bebasnya.

Meski sekeliling gedung darurat itu sudah ada selokan sederhana hasil gotong royong guru-guru dan siswa-siswinya, namun semuanya itu tidak menolong banyak. Sebab volume hujan cukup deras sehingga air terobos dengan bebas dinding-dinding bangunan. Air tergenang, lalu pelan-pelan meresap ke dalam tanah.

Hujan terus mengguyur. Sedang tujuh orang anggota Tim Kemendiknasristek RI sudah ada di sekolah itu. Mereka mendatangi sekolah itu dihantar Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur, Vinsen Tala.Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar  Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur, Bruno Ismail dan Kasubag Sarana dan Prasarana SMP Dinas PPO Matim, Siprianus Rodi Arianto.

Sedang anggota Tim Kemendiknasrsitek RI, yaitu Unggul Sudrajat, Pusat Standar Kebijakan Pendidikan. Fadhilah Darma Sulistyo, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan. Yosua Rio Hanggar Dhipta, Analis Kerja Sama, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan. Cindy Arlinda Sudirman, penata kamera. Bayu Trina Endang S, penata kamera. Muhammad Dzikry Candra Negara, penata kamera dan Ryano Septian Bruning, staf administrasi Keuangan, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan.

Genangan air/salah satu ruang kelas darurat SMPN 18 Borong tergenang air. Foto/klb/denore.id

Alam Tanggo, senja Sabtu (26/11/2022) dialiri air langit, seperti hendak menyapa anggota Tim Mendiknasristek. Kondisi ini sedikit mengganggu. Entah mulai dari mana melihat gambaran aktivitas di sekolah itu. Menerima keadaan, jadi pilihan serba sulit. Sebab anggota Tim Mendiknasristek RI tidak hanya mendengar kisah di ruang kelas, tetapi butuh narasi dan fakta lapangan. Seperti apa implementasi  pembelajaran berbasis program Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah itu.

Anggota Tim Mendiknasristek, duduk menunggu penuh harap jika hujan segera redah. Namun alam sedang tidak bersahabat. Entah ini bahasa alam yang hendak mengatakan jika sekolah itu butuh bantuan fasilitas yang memadai? Semuanya tak mengerti. Yang jelasnya, sejak sekolah itu berdiri tahun 2017 lalu, sentuhan dari pemerintah belum ada.

Sedang pejabat tinggi jajaran Pemkab Matim, baik eksekutif maupun legislaif sering datang melihat kondisi sekolah itu. Selepas menabur harap lalu pamit pulang. Janji bantuan gedung untuk sekolah itu hanya sebatas hiburan sebentar hingga tahun berganti. Bantuan yang dijanjikan itu tak kunjung ditepati. Pihak sekolah pun meremas duka seraya memikul lara.

Meski demikian aktivitas belajar mengajar tetap berjalan normal. Mengandalkan empat ruangan darurat yang dinding-dindingnya sudah kropos. Jauh dari kelayakan. Kursi meja alakadarnya. Kantor sekolah masih dempet dengan ruang kelas. Bahkan ruang guru sekaligus jadi ruang belajar mengajar juga. Ya kondisi sekolah itu serba terlalu.

Maklum selain bangunan sekolah berdinding pelupu itu sudah cukup berumur. Jumlah ruangannya hanya empat unit saja. Akibatnya rombongan belajar harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Gedung serba darurat itu berasal dari keringat darah komite dan orang tua murid. Sudah lima tahun belakangan, sejak sekolah itu berdiri Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung di ruang kelas itu. Sebanyak 15 orang guru tak lentur menyatakan abdinya. Mereka tetap semangat.  Ikhlas  setia mencurahkan abdi  demi mencerdaskan anak bangsa. Sebab tugas memanusiakan manusia sudah jadi junjungan mazmur doanya.

Di ruang ujung satu kelas darurat itulah Tim Mendiknasristek RI bersua siswa-siswi sekolah itu. Mereka mendengar kisah dan aktivitas merdeka belajar di sekolah itu. Seperti tanpa beban para siswa mengisahkan dengan lugas. Mereka bersaksi apa adanya. Mereka menyatakan kegembiraan menikmati pembelajaran berbasis P5.

Kepala Sekolah SMPN 18 Borong, Asika Fridivianty, S.Pd, kepada Tim Mendiknasristek RI, menegaskan sejak diterapkan Kurikulum Merdeka Belajar ada tiga kegiatan di sekolah itu. Yakni, suara demokrasi, kewirausahaan dan gaya hidup berkelanjutan. Kegiatan berbasi P5 itu telah memberi dampak positip bagi siswa-siswi. Meski dalam kondisi darurat, tetapi program itu tetap berjalan dengan baik. Sebab guru-guru menyatakan komitmen tulus untuk kemajuan pendidikan di sekolah itu.

Kepsek SMPN 18 Borong, Asika Fridivianty, S.Pd, duduk menunggu hujan redah usai Tim Kemendiknasristek bertemu siswa-siswi di sekolah itu. Foto/klb/denore.id

Menanggapi laporan singkat itu,  Pusat Standar Kebijakan Pendidikan Kemendiknasristek RI, Unggul Sudrajat,  memberi aplaus luar biasa. Sebab Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah itu diterapkan dengan baik. Apalagi bidang kewirausahaan dengan fokus pengembangan sayur-sayuran membawa hasil nyata. Hasil jual sayur-sayuran jadi modal pendukung kegiatan selanjutnya. Dia berharap kelak dari antar siswa-siswi akan lahir usahawan muda.

“Dari beberapa tempat yang kami pantau SMPN 18 Borong memiliki kekhasannya. Terbatas tetapi tetap berdaya. Di sinilah mengajarkan kepada pengelola sekolah bahwa sarana terbatas bukanlah hambatan. Kecuali itu, ke depannya diharapkan pemerintah bisa perhatikan kebutuhan gedung sekolah SMPN 18 Borong,” pintanya.

Dua Ruang Kelas

Kasubag Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur, Siprianus Rodi Arianto, menjelaskan tahun anggaran 2023, SMPN 18 Borong mendapat bantuan dua unit ruang kelas. Bantuan tersebut bersumber dari DAU. Item kegiatan sudah masuk skala prioritas kegiatan tahun 2023 mendatang.

Meski baru dua kelas yang bisa atasi, ke depannya tetap diupayakan agar bangunan sekolah itu bisa tercukupi. Hanya saja tidak bisa ditangani serentak. Butuh waktu dan anggaran. “Akan diupayakan tahun anggaran mendatang agar SMPN 18 Borong dapat bantuan fisik dari DAK,” ujarnya.

Menanggapi sinyal adanya bantuan dua ruang kelas tersebut, Wakil Kepala Sekolah SMPN 18 Borong Yohanes Jelulu, S.Pd menyambut baik bantuan tersebut. Pihaknya mengharapkan bantuan itu bisa ditetapi sehingga bisa membantu KBM di sekolah itu. “Beberapa waktu lalu ada kegiatan reses DPRD Manggarai Timur di sekolah kami. Dijanjikan akan perjuangkan. Yang sudah beri bantuan berupa penerangan PLN dari anggota Dewan Ricard Runggat,” katanya. (Kanis Lina Bana/Denore.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!