Kelangkaan BBM, Salah Siapa?

Edeltrudis Lamberta Nae

Oleh : Edeltrudis Lamberta Nae *

Seperti kita ketahui pada tahun 2022 ini, banyak sekali masalah yang sangat meresahkan masyarakat.  Indonesia, sebagai bangsa tak putus dirundung persoalan. Silih berganti. Datang dan pergi.  Entah politik, sosial, ekonomi, maupun persoalan sosial lainnya. Masalah masalah itu berganti datang yang berujung pada diskusi tanpa titik.

Terkini, salah satu masalah urgen adalah  kelangkaan BBM. Persediaan  BBM semakin menipis. Antrean panjang di tempat pengisian BBM menjadi pemandangan baru. Akibatnya, selain harga pasaran BBM mencekik pembeli, persediaannya pun semakin langka. Lalu muncul di benak kita, ini salah siapa, ini dosa siapa?” meminjam Ebiet G Ade.

Permasalahan kelangkaan BBM, diyakini bagai lingkaran setan. Para politis berteriak keras berbusa busa. Menuding sana sini. Seperti lempar  batu sembunyi tangan. Akibatnya, situasi politik memanas, harga jual semakin mahal, persediaan pun semakin tak terjangkau. Rakyat semakin tercekik.

Yang paling merasakan dampak kelangkaan BBM bukan hanya para pemilik modal dan usahawan BBM, tetapi lebih dari itu masyarakat kecil di pelosok seperti di NTT ini.

Kelangkaan BBM ini dapat kita saksikan di tempat pengisian BBM. Anteran sangat panjang. Kendaraan roda dua dan roda empat tersusun panjang di pintu masuk gerbang pengisian BBM. Selain itu eceran BBM di pinggir jalan yang memudahkan masyarakat justeru hilang pergi tanpa kabar.

 Kelangkaan BBM ini, tentunya, berdampak pada harganya. Jika normal seharga  Rp. 9.200,00 per liter  naik menjadi menjadi Rp. 12.500,00 per liter. Dalam tempo singkat selisih harga  mencapai Rp 3.300,00.  Melenjitnya harga jual mengakibatkan pengecer umumnya ibu ibu yang menaruh pendapatan  pada penjualan BBM harus berhenti total. Padahal menjual BBM eceran  bermaksud menambah pendapatan ekonomi.  Banyak masyarakat   tidak  mendapatkan BBM karena minimnya persediaan. Jika persediaan cukup,  harga jual sangat mencekik. Dampak ikutannya jelas,  akses masyarakat jadi terhambat. Ekonomi mampet.

Sadar atau tidak  melejitnya harga BBM  membuat harga barang di pasar juga semakin naik. Bahkan melebihi dua kali lipat harga normal. Di titik ini, kita bertanya, “entah sampai  kapan kelangkaan BBM bakal berakhir?” Semua tidak tahu. Menggeleng.

Kini kelangkaan BBM itu semakin menjadi jadi dan tanggapan pemerintah belum mebuahkan hasil.  Kita berharap semoga penderitaan ini cepat berlalu. Sehingga, kita bisa mendapatkan BBM sebagaimana layaknya dengan harga terjangkau. Semoga.  (*)   

Penulis mahasiswi Unika Ruteng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!