Kiat Prestasi Giat Literasi

Oleh Ino Sengkang*

Kiat Prestasi Giat Literasi merupakan ungkapan kekaguman hati yang membuncah ketika selesai melaksanakan kegiatan pembinaan peningkatan literasi bagi siswa-siswi di SMPN 5 Borong,  Sabtu (25/3/2023).

Saya baru pertama kali mengunjung sekolah penggerak angkatan pertama tersebut. Lingkungan sekolah bersih, asri dan hijau. Udara sejuk. Tampak siswa-siswi berbaris rapih untuk menjalankan senam pramuka. Tentang senam pramuka memutar kembali memori  ketika saya menjadi peserta RAIMUNA Nasional IX di Cibubur Jakarta, tahun 2008.

Setelah senam, saya disapa  ibu Nunik Rahayu dan Ibu Ani Tahir. Keduanya koordinator kelas dapur ilmiah. Mereka sangat ramah walaupun kami baru bertemu untuk pertama kalinya. Senyum sumringah dari wajah mereka pertanda  bahwa kehadiran saya sangat dirindukan. Siswa-siswi peserta literasi sudah duduk di dalam ruang kelas dapur ilmiah bersama guru-guru pendamping. Jujur, saya senang karena bapak ibu guru juga ikut belajar bersama  dalam kelas literasi ini.

Sebagai fasilitator saya paham baik bagaimana mengelola suasana kelas yang asyik dan menyenangkan dengan ice breaking untuk melatih konsentrasi dan juga semangat dari peserta literasi. Tampak antusias, semangat dan sukacita perjumpaan bersama siswa-siswi pertanda iklim kualitas dan mutu di lembaga pendidikan ini sudah, sementara dan sedang berjalan baik.

Kualitas dan mutu pendidikan merupakan komponen sangat penting zaman ini. Mutu pendidikan yang diperhatikan secara baik dengan sendirinya mampu melahirkan peserta didik yang berprestasi. Pendidikan berkualitas mampu mencetak generasi cerdas, inovatif, kreatif dan berkarakter, salah satunya dengan menggiatkan iklim literasi di lingkungan sekolah. Dengan demikian, salah satu kiat untuk meraih prestasi perlu giatkan pemahaman literasi pada generasi.

Mengutip dari KBBI daring edisi V, kata Kiat bermakna seni, cara atau taktik;  Giat berarti rajin, bersemangat dan usaha. Secara harafiah Kiat Prestasi Giat Literasi mengandung makna persuasif bahwa sebuah prestasi bisa digapai melalui usaha literasi. Tidak ada yang mustahil. Saya berpikir positif saja bahwa kesabaran  dan ketekunan dalam proses literasi  akan melahirkan generasi berprestasi gemilang.

Merujuk pada visi sekolah ” Terwujudnya Warga Belajar yang Berprestasi dan Berkarakter sesuai Profil Pelajar Pancasila Pada Era Global,” menunjukkan proses pendidikan yang dibangun di sekolah ini tidak semata berfokus pada KBM di dalam ruangan kelas namun juga dikembangkan lewat pengembangan diri siswa yang bertujuan guna menambah dan meningkatkan kompetensi siswa-siswi.

Kegiatan literasi ini, memang bukan kebetulan baru diadakan tetapi sudah berjalan dua dekade terakhir atas dampingan Kanis Lina Bana di bawah koordinator Ibu Nunik Rahayu dan ibu Anik Tahir dan tim guru. Berjalan dalam suasana menantang dan menyenangkan, sebab menghidupkan budaya membaca dan menulis sebuah kiat mengukir prestasi masa depan siswa-siswi lewat ruang dapur ilmiah.

Di ruang Dapur Ilmiah, mereka berproses tanpa protes sebagai ruang kreasi, inovasi dan kolaborasi menyatu dalam dunia literasi. Di Dapur Ilmiah semua proses dimulai. Mulai dari meracik, meramu dan memasak berbagai data dan rasa, pesan dan kesan, membaca kata dan menulis makna, gagasan dan pengalaman yang selanjutnya dihidangkan sebagai menu utama yaitu majalah AsPiRa.

Hemat saya, kehadiran majalah AsPiRa adalah bentuk kekayaan dan kejayaan intelektual dari siswa-siswi dapur ilmiah SMPN 5 Borong. AsPiRa dibaptis bukan sekadar tampak sebuah majalah tapi ia merupakan ruang kreasi, dunia ilmiah yang elegan dan tak terbatas dalam menampung aspirasi dan merawat kenangan tunas-tunas bangsa. Kabar baiknya, ASPIRA sudah masuk di gedung KEMDIKBUD RI dan penulis mendapat apresiasi tabungan pelajaran dari pemerintah daerah kabupaten Manggarai Timur. Saya bangga!

Percaya atau tidak, ketika awal memulai tentu ada kegagalan. Setiap orang, kelompok, organisasi maupun lembaga dalam proses kehidupannya pasti pernah mengalami krisis ide,  berpikiran negatif bahkan cenderung berputus asa hingga berujung gagal. Itu manusiawi. Saya sarankan, jangan menerima kegagalan sebagai masalah yang pahit tetapi sebagai tantangan untuk ditaklukkan.

Sama halnya seperti kondisi Dapur Ilmiah dan majalah ASPIRA. Pada tahap awal memulai, tentu mengalami  banyak tantangan. Untuk bisa mencapai kesuksesan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lebih baik memulai daripada sekadar diskusi. Ada beberapa tantangan awal yang diungkapkan Ibu Maria Nunik Rahayu. Pertama, siswa-siswi belum terbiasa interaksi dengan buku, apalagi buku non-teks. Selain itu kedua, rendahnya minat membaca anak.

“Anak-anak akan membaca buku bila di suruh oleh guru, atau tunggu ada guru yang jaga. Belum ada kesadaran dari diri sendiri untuk membaca buku. Kami menggiring mereka, menerapkan gerakan membaca 15 menit setiap hari,” Ungkap koordinator ASPIRA edisi 1-2 itu.

Untuk mengatasi tantangan tersebut ada strategi yang dirancang  guru di sekolah, khususnya dari ruang dapur ilmiah ini. Strategi tersebut menurut Ibu Maria Magdalena Tahir dapat meningkatkan minat literasi dasar (baca-tulis) siswa-siswi. Lebih jauh, kegiatan literasi dari dapur ilmiah linear dengan mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia; Bahasa Inggris; TIK dan IPS. Ditambah lagi, SMPN 5 Borong merupakan sekolah penggerak angkatan pertama telah menerapkan kurikulum merdeka belajar. Oleh karena itu, dapur ilmiah masuk dalam projek profil pancasila (P5).

Menurut Ibu Ani Tahir strategi yang dibuat sekolah, pertama membangun kerja sama (kolaborasi) dengan jurnalis (Kanis Lina Bana) dan pegiat literasi. Kedua, membentuk tim guru untuk mendampingi siswa-siswi. Ketiga membuat jadwal tetap. Menjadikan literasi sebagai kegiatan rutinitas, dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jumat dan didampingi oleh guru mata pelajaran. Sedangkan Sabtu merupakan hari wajib untuk pengembangan diri siswa-siswi.

Selain itu, keempat, menambah fasilitas pendudukung seperti lorong baca, pondok baca, rak baca di setiap kelas, mading kelas dan perpustakaan sekolah. Selanjutnya, menerbitkan majalah ASPIRA berkelanjutan. “Pada edisi ke empat ini, tidak hanya siswa-siswi yang menulis tetapi guru-guru juga ikut menulis, dengan tema: Rumahku Sekolahku, ” ajak Ibu Ani, selaku koordinator edisi 4.

Saya kagum dengan lembaga pendidikan SMPN 5 Borong. Selain memberikan materi literasi, saya memotivasi siswa-siswi dan ibu guru pendamping untuk terus hidupkan api literasi di dapur ilmiah.  Saya coba menawarkan pikiran ini,

“Kiat Prestasi Giat Literasi” menjadi kompas dan nafas dalam diri peserta literasi dapur ilmiah. Pikiran tersebut adalah ajakan dari penulis untuk lebih mencintai dan menekuni jalan literasi. Beralasan dari pengalaman pribadi penulis, bahwa literasi merupakan kunci unggul membuka jendela pengetahuan, wawasan, karakter, kreasi dan prestasi lain yang membahagiakan.

Kiat Prestasi Giat Literasi yang saya tawarkan Pertama, sesuai prinsip literasi bahwa kegiatan literasi wajib dilakukan secara berkelanjutan, melibatkan kegiatan kecakapan berkomunikasi lisan oleh peserta didik. Kedua, sesuai tujuan mulia gerakan literasi sekolah (GLS Permendikbud No: 23 tahun 2015) giat literasi dapat meningkatkan kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas. Ketiga, mengondisikan lingkungan fisik ramah literasi, penambahan buku bacaan non-teks berkualitas, lorong baca, taman baca, mading kelas, rak baca kelas perlu ditingkatkan. Keempat, perlu keteladanan.

Selain mading siswa-siswi, juga disiapkan satu mading guru-guru. Mading tersebut sebagai motivasi dan teladan bagi peserta didik. Kelima, proses latihan menulis, mulai dari “Diary” (catatan harian). Peserta didik wajib menulis catatan harian, kemudian dibacakan sebelum memulai pelajaran di kelas atau sebelum pulang sekolah. Keenam, konsisten menerbitkan majalah kelas dan majalah dinding sekolah dan majalah sekolah sebagai output yang rasional.

Akhirnya saya yakin, setelah melakukan proses di atas, ditambah penegasan oleh kepala sekolah, pendampingan oleh guru mata pelajaran, tim guru dapur ilmiah dan mitra kolaborasi bersama pegiat literasi, alhasil outcome pemahaman dan minat siswa-siswi terhadap literasi (baca-tulis) di SMPN 5 Borong semakin meningkat. Hal tersebut dapat dibuktikan dari siswa-siswi  memiliki minat untuk membaca buku, menulis pengalaman dalam buku catatan harian, siswa-siswi rutin mengunjungi perpustakaan yang dibuktikan pada buku kunjungan perpustakaan sekolah, siswa-siswi memanfaatkan fasilitas lorong baca, giatkan literasi di taman baca. Sedangkan dalam hal menulis, siswa-siswi wajib memiliki catatan harian, rutin menerbitkan tulisan di mading kelas dan berkelanjutan. Terus melahirkan karya. Biarkan karya yang berbicara. Jangan abaikan kalimat bijak dari Pramoedya Ananta Toer “orang boleh pandai setinggi langit, tetapi bila Ia tidak menulis Ia akan hilang dari sejarah dan masyarakat. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Kiat Prestasi Giat Literasi, mari berprestasi lewat literasi. Generasi literasi pasti berprestasi. Sebelum pensiun dari dunia ini, minimal tulis satu buku.

—-

*Penulis adalah Fasilitator Literasi NTT, Pegiat Literasi, Ketua FTBM Manggarai Timur, Kepala Biro Yaspensi Manggarai Raya, Pers Sekolah Timur, Pendiri TBM Natar Laban, Owner Molas Komba Salon & Penulis Buku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: