Oleh : Yuventriana Jeina dan Angelina Mbihing
Bukan cerita baru, jika anak anak yang tinggal di daerah pedalaman sangat sulit mendapat pendidikan sesuai batas kelayakan pendidikan dan sulit mengikuti perkembangan zaman. Tidak hanya itu, mereka bahkan tidak mengenal alat komunikasi seperti telepon genggam. Mereka yang hidup di daerah pedalaman juga akan mengalami keterbelakangan budaya sarana kehidupan lainnya.
Hal pokok yang menjadi sorotan utama yaitu betapa sulitnya mereka mendapat pendidikan yang layak. Pada dasarnya tidak semua salah mereka. Kesulitan mereka menjangkau lokasi sekolah menjadi masalah karena mereka harus menyeberangi sungai. Mereka juga harus berjalan kaki hingga beberapa kilo meter. Bahkan ada juga yang tidak memakai alas kaki. Ada pun masalah lain seperti kurangnya tenaga pendidikan yang berkualitas, penerapan kurikulum belum sesuai dengan standar, serta masih minimnya fasilitas sekolah yang mendukung proses pembelajaran mereka.
Kurangnya tenaga pengajar di daerah pedalaman karena sulitnya mencari pengajar yang mau mengajar di daerah tersebut juga sangat disayangkan. Padahal kwalitas seseorang diukur melalui seberapa jauh pendidikan yang dicapai karena kualitas seorang lulusan SD berbeda dengan kualitas seorang sarjana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi kwalitas seorang anak di daerah pedalaman.
Mengingat pendidikan merupakan salah satu cara untuk memajukan bangsa dan merupakan salah satu fungsi pemerintah dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik kesehatan maupun pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih peduli terhadap pendidikan di daerah pedalaman karena semua akan berjalan dengan baik jika pemerintah mampu dan mau untuk lebih peduli terhadap pendidikan di daerah pedalaman atau di daerah terpencil. Dengan kepedulian pemerintah yang didukung oleh semua sarana pendukung pendidikan, maka diharapkan pendidikan di daerah pedalaman tidak akan tertinggal dan akan lebih layak. (*)
Penulis : Mahasiswa Tingkat 1 Prodi PGSD Unika St Paulus Ruteng)
