RUTENG, DENORE.ID-Usianya tidak mudah lagi. Sudah cukup umur. Sudah makan asam garam juga soal urusan yayasan. Mengasuh tiga sekolah sekaligus. Dialah Mama Maria Nelcy Matara.
Ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Mama Maria tetap menampakkan semangat yang tak pernah pudar. Seraut wajah tetap memahat semangat, niat, dan aksi kerjanya dalam mengurus Yayasan Swadarma Bakti Ruteng. Yayasan ini sudah berusia 41 tahun.
Untuk sebuah yayasan pendidikan, usia 41 tahun bukanlah perkara enteng dipikul. Perjalanan ringan ditempuh. 41 Tahun justru membuktikan betapa besar kasih karunia Tuhan atas lembaga itu. Tuhan telah memulainya dan kepada hambaNya, Mama Maria, Tuhan menyertakan perjalan ziarah yayasan itu.
Sepanjangan perjalanan waktu yang telah lewat itu, banyak onak duri, tentunya. Banyak lika yang menuntut tanggung jawab penyelesaiannya. Banyak urusan yang harus diselesaikan dengan nubari bening. Dan Mama Maria menyikapi dalam ethos spirit yang membebaskan.
Sebab urusannya tidak sebatas sekolah ada dan proses belajar mengajar berjalan. Tetapi lebih dari itu, bagaimana yayasan bisa hidup dan menghidupkan tiga sekolah binaannya. Di situlah peran Ilahi sungguh dirasakan.
Menikah dengan Bapak Yohanes Pandang, 1 Maret 1958 menghantar Mama Maria mengenal seluk beluk dinamika mengurus sebuah yayasan. Karena itu sejak tahun 1984 Mama Maria terus mengasah keterampilan bagaimana hidup dan menghidupkan yayasan itu.
Yayasan Swadharma Bakti memantik kiprahnya pada dunia pendidikan. Ada tiga sekolah asuhan. Dan kepada tiga sekolah ini Yayasan Swadarma Bhakti mengamalkan ibadah pelayanannya.
Mengapa harus bergerak di bidang pendidikan? Mama Maria punya alasan. Punya pendasaran. Disadari sepenuhya bahwa tuntutan manusia dan kemanusisaannya dalam berkompetisi di tengah tata dunia perlu membekali diri dengan pendidikan. Sebab pendidikan sangat penting bagi manusia. Pendidikan menghantar setiap orang memahami kiprah juangnya. Mengerti tentang kehidupan yang menghidupkan. Manusia memanusiakan manusiawinya hanya melalui pendidikan.
Namun yang ditekankan pada lembaga pendidikan binaannya tidak pada pengetahuan semata. Bahwa dengan pengetahuan memadai membuat orang pintar. Cerdas dan terampil menyiasati kehidupan. Tetapi pintar saja tidak cukup. Yang diutamakan adalah manusia-manusia berpengetahuan, berbudi dan berakhlak baik. Akhlak yang dapat dipertanggung-jawabkan dalam kehidupan setiap hari. Kehidupan yang mampu menghidupkan kehidupan itu sendiri.
Karena itu yang ditekankan dalam proses pendidikan di tiga sekolah asuhan Yayasan Swadarma Bakti adalah memanusiakan manusia yang berakhlak baik. Manusia berbudi pekerti. Manusia bermoralitas baik dan benar.
“Pintar tidak cukup. Mendidik siswa berakhlak dan bermoral itulah tekanan utama yayasan. Karena itu kepada semua guru dan tenaga pendidikan selalu diingatkan untuk memberi teladan yang baik kepada peserta didik,” tegasnya.

Menyinggung kiprah yayasan yang telah mencapai 41 tahun, Mama Maria menghela napas sejenak. Dalam balutan ibadahnya, Mama Maria mengakui semuanya karena campur tangan Tuhan.
Diakuinya, mencapai usia 41 tahun untuk sebuah yayasan pendidikan bukanlah jejak sebentar. Tetapi rentang waktu yang sudah cukup matang-masak. Karena itu sejak yayasan berdiri tahun 1981, pihaknya terus membenahi sendi-sendi yayasan dengan berpegang teguh pada perinsip utama mencerdaskan anak bangsa.
Konsistensi pengelola terhadap tujuan ini, lanjutnya, memampukan Yayasan Swadarma Bhakti terus berkiprah hingga saat ini. Karena itu, harapnya, semua tenaga pendidik dan kependidikan harus bekerja sepenuh hati. Hanya dengan penuh tanggung jawab misi mencerdaskan anak bangsa bisa tercapai dengan baik.
Sejauh ini, lanjutnya, tiga sekolah yang dikelola Yayasan Swadarma Bhakti telah menghasilkan out put yang sanggup berkompetisi di tengah masyarakat. Mereka bekerja sesuai kapasitas diri dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini menjadi kebanggan yayasan, sekaligus tantangan untuk terus membenahi hal-hal penting demi mendukung cita-cita mencerdaskan anak bangsa itu.
Lebih jauh dari itu, demikian Mama Maria, perjalanan waktu 41 tahun sesungguhnya membuktikan betapa besar anugerah Tuhan untuk Yayasan Swadarma Bhakti. Bahwa mengelola yayasan secara konsisten menjadikan tiga sekolah ini terus berkembang. Harapannya semua manajemen yang memayungi tiga sekolah selalu sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
Meski demikian, diakui Mama Maria, tersendatnya pembayaran uang sekolah menjadi tantangan tidak mudah. Banyak anak tersendat bayar uang sekolah. Pada titik ini yayasan harus putar otak agar tidak ada pihak yang dikorbankan. Terutama proses belajar mengajarnya dan guru-guru tenaga kependidikan.
“ Memang tidak mudah berhadapan dengan anak yang terlambat bayar uang sekolah. Tetapi yayasan tetap berupaya agar semuanya berjalan normal,” imbuhnya.
Menyinggung kiprah ke depan, Mama Maria tetap optimis. Bhawa bendera sudah dikibarkan. Bahkan sudah mencapi usia 41 tahun. Karena itu apa yang telah dikibarkan tetap berkibar. Semoga. (klb/Denore.id)
