BORONG, DENORE.ID – Masih segar di teras ingatan kita Turnamen Futsal Banteng Cup I Manggarai Timur Desember 2021 lalu. Hajatan penuh hiburan itu mampu menyihir perhatian khalayak di Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur dan sekitarnya.
Buktinya tim yang turut berseteru pada ajang kompetisi bergengsi tersebut warna-warni. Hampir semua tim favorit di beberapa asal se-daratan Flores urun bertarung. Mereka mempetontonkan skill mumpuni. Lebih dari itu daya magis pentasan menyedot perhatian publik. Penonton tumpah ruah. Sensasi emosi pendukung naik turun. Ada tukar energi positip saling bersahutan. Ada ruang jumpa berbagi dan hiburan yang sanggup mengisi jedah hidup akibat kepungan Covid-19. Selain itu geliat ekonomi usaha kecil mendongkrak pendapatan.
Banteng Cup I berakhir penuh dengan meninggalkan daya pesonan tak berkesudahan. Banyak tabor kesan agar pentasan berkelas seperti Futsal Banteng Cup I itu selalu awet. Dirayakan dalam siklus teratur. Sebab aya tariknya bukan sebatas hadiah yang menggoda ingin, tetapi hiburan segar yang menghangatkan.
Sebentar lagi, di panggung pentas yang sama akan berlangsung Open Turnamen Kompol Yulianik Cup I. Turnamen ini memperagakan olah Bola Volley Putra-Putri. Sesuai agenda panitya turnamen ini bersifat terbuka untuk umum. Berlangsung awal September 2022. Turnamen ini memperebutkan piala bergilir, piala tetap dan uang tunai puluhan juta rupiah.
Karena itu, bagi masyarakat umum sedaratan Flores dapat mengambil bagian dalam ajang ini. Daftarkan diri pada Sekretariat Panitya Flow Sport Jln. Kihajar Dewantara, Central Lehong- Borong, Kabupaten Manggarai Timur pada setiap jam kerja. Pendaftaran mulai dibuka 15 Agustus -31 Agustus 2022. Biaya pendaftaran Rp 1 juta rupiah plus uang jaminan Rp 200.000.
Bagi masyarakat luas umumnya dan pecandu olahraga bola pukul ini, ajang Open Turnamen Kompol Yulianik Cup I menjadi ajang mempertontonkan kejenitaan bermain. Media seni bermain. Wisata jiwa menemukan ruang olah tubuh. Karena itu banjirilah turnamen ini. Pada pentas ini kepenuhan diri dan emosi tertayang dengan tepat. Sebab panitya telah meracik agenda secara terukur dan menyejukkan. Tak ada kepalsuan. Jutan rupiah menanti Anda para pemain. Piala sedang bertenngger menyambut kehadiran para pemain.
Open Turnamen Bola Volley Yulianik Cup I berselancar dalan semangat olah tubuh. Kejelihan memainkan rima teknis dan kapasitas diri. Menjemput hadiah. Pada turnamen ini tak ada upaya menafikan tubuh seraya meremukkan impian impiannya. Fair play adalah nadinya.
Untuk diketahui Open Turnamen Bola Volley Putra-Putri Kompol Yulianik Cup I, merupakan bentuk atensi kelompok milenial Manggarai Timur mengenang berpulangnya Ibu Kompol Yulianik. Sebab, semasa tugasnya di Manggarai ibu berhati emas ini selalu peka dan peduli terhadap sesama. Terutama masyarakat kecil berkekurangan di pedalaman Manggarai Timur. Banyak kasih telah ia dicurahkan. Sejumput empati selalu ia tularkan. Bahkan datang melawat warga terbatas di rumah reot sederhana seraya mendengarkan jerit luka mereka. Hatinya bergetar dan tangannya selalu mengulur. Jahitan kasihnya mampu menguatkan hati sesama. Bukan karena kelebihan tapi dari rejeki terbatas yang ia punyai. Melayani sesama menjadi ekstase diri yang tulus. Namanya abadi karena cintanya tak berujung bagi sesama warga.
Karena cintanya yang tak terbatas, meski dalam kondisi sedang sakitpun, istri mantan Kapolres Manggarai, AKBP Marsel Sarimin ini masih sempat bertandang ke Tenda Tua Elar Selatan untuk memberi bantuan. Melintasi Wae Musur, menyisir rebis liku di ujung kampung Rana Mese hanya demia membantu sesama. Sakitnya tak terbendung dan perhatian terhadap sesama tak terhalang. Semuanya bersenyawa dalam madah ikhlas untuk melayani sesama. Tak terletup keluh meski melintasi jalan bebatuan penuh tegangan. Sebab kuat cintanya telah bersenyawa satu dalam lara ubuhnya.

Selain itu, Ibu Kompol Yulianik, semasa hidupnya juga menyatakan empati mendalam. Hal itu berlantar bacaan terhadap potensi generasi muda Manggarai Timur. Banyak potensi dan talenta, seharusnya diekspresikan pada panggung yang pantas, namun terpaksa kubur senyap begitu saja lantaran keterbatasan sarana. Realitas itulah melecutkan kesadaran. Meluapkan harapan dalam benang benang hidup yang saling menyahut.
Ibu Kompol Yulianik, merasakan lelapnya potensi itu dan menngkap hembusan rindu yang memuncak sehingga terpanggil untuk mengamalkannya. Sebab ia terenyuh dan ibah. Getaran hati seorang ibu jadi sebentuk abdi. Bahwa perlu ada sarana yang menjumpakan rasa hangat yang membanggakan. Agar potensi olahraga ditularberdayakan . Agar daya ekspresi tersalur pada media yang tepat sehingga tali kasih dan sulaman emosi positif bisa mengalir dengan mesra dan entengnya.
Kompol Yulianik merasakan dalam getaran hati dan daya tangkap indranya bahwa kaum muda dan potensinya seolah-olah terkungkung dalam melo kabut melingkar. Borong Ibukota Manggarai Timur seperti kota tanpa nyawa. Tak ada warna yang menghidupkan. Geliat ekonomi sebagai side efeck suatu ajang pementasan tarian kehidupan dari cabang olahraga tak terlihat giat.
Maka munculah ide bangun stadiun futsal berskala besar di Peot, Keluarahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT. Ide itu gaung bersambut. Disenyawakan dalam ikatan kuat. Satu mimpi bersama dan disahuti AKBP Purnawirawan Marsel Sariman, sang suaminya.
Pada atensi itulah, Ibu Yulianik, bersama AKBP Purnawirawan Marsel Sarimin, mantan atlet nasional itu mulai merintis pembangunan fasilitas futsal. Meski dari sisi modal tabungan menipis, tetapi pijar semangat dan niat suci Kompol Yulianik, terus memancarkan gelora jiwanya. Pasutri yang langgeng berhati putih ini bergandengan tangan membangun stadiun futsal itu.
Kurang lebih Rp 2 M harus dikucurkan untuk melengkapi sarana dan prasarananya. Mulai dari pengadaan tanah plus fasilitas lainnya. AKBP Purnawirawan, Marsel Sarimin, yang juga Ketua DPC PDIP Manggarai Timur bertekun dalam aktivitasnya. Di sela sela konsolidasi partai, beramal sosial dengan yang papah, sanggup melunaskan semuanya.
Demikian Kompol Yulianik, di tengah kesibukan mengabdi Negara selalu menyisihkan waktu agar mimpi besar pembangunan stadium futsal selesai pada waktunya. Maka jadilah stadiun megah dan bergengsi itu. Bertengger anggun, megah, dan menggoda di Peot.
Sayangnya ketika fasilitas itu mendekati titik finish. Ketika perhelatan akbar hendak dipentaskan, Ibu Kompol Yulianik dipanggil pulang untuk selamanya. Dalam pergulatan dengan penyakit akhirnya sampai di titik batas. Kematian jadi teman sejati dan tidur panjangnya bersenyawa dengan tanah.
Ibu Kompol Yulianik, mengenangmu adalah doa. Dan pentasan Turnamen Volley Putra Putri Kompol Yulianik Cup I pada September 2022 mendatang menjadi madah abdi kami untuk mengenangmu. Pujian kami untuk memuliakan tempat keabadianmu. (Kanis Lina Bana/Panitya turnamen/bersambung)
