Membaca itu Sehat, Menulis itu Hebat! (1)

Beri Penjelasan/Duta Baca Indonesia, Gol A Gong sedang mendengar penjelasan Bupati Manggarai Timur, Agas Anderas, SH.MHum tentang kegiatan lierasi di Manggarai Timur. Foro/Kanis Lina Bana/Denore.id

Catatan Redaksi. Terhitung sejak 13 Maret sampai 15 Maret 2022, Duta Baca Indonesia, Gol A Gong berada di Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Manggarai Timur memfasilitasi kelancaran kegiatan rombongan selama berada di Borong. Di bawah tagline Membaca itu Sehat, Menulis itu Hebat, ziarah Duta Baca  Indonesia selama di  Borong Manggarai Timur memberi  energi baru. Seperti apa pernak-pernik jenaka jelajahnya, apa saja motivasi digagas Gol A Gong, Denore.id akan menurunkan secara serial mulai edisi ini.

                                                                        ***

Halaman  kantor pameran Industri Kerajinan Menengah (IKM) Kabupaten Manggarai Timur, Minggu (13/3/2022). Matahari kian merapat ke arah barat. Pelan-pelan turun. Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur yang belakang ini sering diguyur hujan, hari itu, nampak teduh. Sepoi-sepoi angin laut sedang semilir. Menghembus pelan menusuk pori-pori tubuh.

Sedang di langit masih sisa jingga-jingga tipis. Sesekali  kabut  coklat menggelayut. Melebur kemudian hilang. Sepertinya, alam sedang berpihak. Semesta sedang merestui kegiatan Duta Baca Indonesia, kala menjejakkan langkahnya di Borong.

Beberapa pejabat penting Manggarai Timur sedang duduk mengaso di teras Kantor IKM. Sejumlah pegawai Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, Prokopim, dan instansi terkait sedang sibuk membereskan aula pertemuan.

Aula sudah disesaki meja dan kursi. Rapih. Ada baliho raksasa terpampang di belakang panggung utama. Hasil kreasi warga Manggarai Timur berderet manja pada meja-meja  belakang. Merapat dekat dinding dinding tembok.

Sejumlah pegiat literasi dan undangan sedang asyik diskusi. Duduk santai. Beragam rasa sedang bergelora. Menanti penuh hangat kedatangan tamu istimewa Republik Indonesia. Tamu Duta Baca. Gol A Gong.

Sedang di jalan setapak utama Kantor IKM, deretan penari dan tetua penjemput tamu berdiri manis. Menanti penuh sabar. Menunggu penuh debar.

“Tim Jakarta sudah ada. Bapak Kadis Perpustakaan dan Arsip Daerah, Tino Nanga, sedang mendampingi rombongan. Mereka lagi di rumah jabatan Bupati Manggarai Timur. Sebentar lagi akan ke kantror sini”. Demikian penjelasan yang saya tangkap ketika sejumput gugat merisau ke beberapa orang pejabat di teras IKM yang saya jumpai.

Tak lama berselang, Bupati Manggarai Timur, Ande Agas, SH, MHum. Ketua Tim Penggerak PKK, Mama Therss Wisang, Kadis Perpustakaan dan Arsip Daerah, Tino Nanga bersama rombongan Duta Baca Republik Indonesia, Gong A Gol mendaratkan langkah di halaman IKM Manggarai Timur.

Udara sejuk. Manja.  Sapaan adat penuh hikmat menandai ritual penerimaan  tamu. Diiring tarian penjemput tamu rombongan dihantar menuju aula IKM Matim.

Sapaan Adat/Duta Baca Indonesia Gol A Gong sedang menerima sapaan adat dari siswa SDK Paundoa disaksikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip daerah Manggarai Timur, Tino Nanga. Foto/Kanis Lina Bana/denore.id

Meski terbalut formil, nuansa akrab-santai tergurat dengan lugasnya. Rombongan Gol A Gong beserta tiga orang pendamping masuk aula utama. Setelah melewati rangkaian acara adat diteruskan penjelasan pendek, padat, jelas dari Bupati Manggarai Timur, Ande Agas, SH.MHum. Utamanya tentang potensi daerah dan geliat literasi di Manggarai Timur.

“Literasi di Manggarai Timur sudah digemahkan sejak deklarasi Manggarai Timur sebagai kabupaten Literasi, Mei 2021 lalu,” tandas Bupati Ande Agas.

Gol A Gong, dalam paparan awalnya menegaskan, mengemban tugas  Duta Baca Indonesia, memiliki tanggung jawab tidak ringan. Malah  berat sekali. Meski semula tugas itu ditolak, mengingat kapasitas dan keterbatasan fisiknya. Tetapi motivasi yang meledak-ledak dari berbagai pihak memampukan Gol A Gong menerima dan menjalankan tugas itu penuh syukur dan tanggung jawab moral yang membebaskan.

Gol A Gong, menjelaskan  jika duta baca sebelumnya, hanya mengunjungi beberapa daerah, karena tingkat kesibukan yang amat sesak, berbeda dengan dirinya. Pihaknya bertekat  berselancar ke seluruh wilayah Nusantara. Sejauh ini sudah 54 hari –hari pertama di Borong, melepaskan hingar bingar Kota Jakarta. Mengunjungi dan mendatangi daerah-daerah, kota dan kampung untuk menghangatkan daya semangat membaca dan menulis. Sebab membaca itu sehat, menulis itu hebat.

Apakah menulis mahir dengan sendirinya? Gol A Gong menyisir penuh santun tentang kiat dan jejak riwayatnya hingga mencapai posisi puncak sebagai penulis professional. Sudah 126 buku ditulisnya. Baik berupa cerpen, puisi, naskah drama, naskah film pun beberapa kreasi intelektual yang telah diproduksinya.

Kemahiran menulis hingga bertengger pada puncak Duta Baca, demikian Gol A Gong, bukanlah ziarah ringan dipikul dan enteng disiasati. Tetapi butuh komitmen. Niat dan kiat. Meski memulainya dengan cara sederhana tapi bermutu. Murah tapi memberi daya ungkit luar biasa. Capaiannya  sebagai penulis top sanggup meledakkan cakrawala nusantara bahkan dunia.

Dikisahkan sejak  SD, berawal dari nestapa yang menampar raga hingga kehilangan satu tangan. Keterbatasan itulah mendorong Gol A Gong mengakrabkan akalnya dengan membaca. Membaca apa saja mulai dari koran bekas hingga novel berkelas. Mulai dari tulisan ringan hingga naskah-naskah berkelas dunia.

Membaca menurutnya, menjadi bagian dari peradaban intelektual hingga ujungnya mendapat pahala yang luar biasa. Predikat penulis bergengsi dan telah menghasilkan 126 buah buku adalah buah nyata  ibadahnya dari membaca itu.

Foto Bersama/Duta Baca Indonesia, Gol A Gong foto bersama pegiatn literasi Manggarai Timur. Foto/Kanis Lina Bana/denore.id

Karena itu, saat dialog  di Aula IKM Borong, Gol A Gong, menegaskan membaca dan menulis menjadi satu kesatuan kegiatan intelektual yang harus dimulai dengan penuh sabar dan tekun. Ketika ketekunan membaca menjadi kebajikan diri, maka produk tulisan menjadi out put positif dari energi membaca itu. Di titik inilah  ajak pengganti Najwa Shihab ini  akrablah dengan kata yang teratak pada buku-buku. Jiwailah setiap kata dari narasi-narasi yang mampu diciptakan. Karena membaca itu sehat, menulis itu hebat.

Lalu bagaimana dengan geliat literasi di Manggarai Timur? Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Manggarai Timur, Tino Nanga, menegaskan,  melengkapi judul judul buku perpustakaan menjadi langkah strategis menyiapkan bacaan bermutu bagi masyarakat Manggarai Timur. Baik masyarakat terdidik di sekolah-sekolah pun masyarakat umum. Berbagai gebrakan seiring perkembangan dunia digital telah dilakukan. Caranya menyiapkan web khusus untuk memudahkan masyarakat pembaca mengakes bacaan-bacaan yang disiapkan daerah. Tak perlu lagi repot  membuang langkah menuju kantor perpustakaan. Cukup klik webnya sudah menjangkau kebutuhan baca yang diperlukan.

Budget Jadi kendala

Sejumlah penulis dan pegiat literasi  di Manggarai Timur menarasikan kegelisahan  yang selalu mencekok ketika naskah buku telah disiapkan. Naskah produksi dan kreativitas penulis bukan naskah remeh temeh, tetapi naskah yang pantas dijual ke publik. Namun keterbatasan biaya cetak dan kesulitan tetek benget yang melingkupnya menyulitkan para penulis menerbitkan buku. Karena itu, sekiranya ada jelan lenggang yang bisa melegahkan napas penulis agar sesak di dadah bisa dirasakan para pengambil kebijakan. Agar kata yang telah dinarasikan menjadi produk yang memapu menjmebatani dahaga pada pembaca. Karena itu, saran Ino Sengkang dan Ckristian Anggur-penulis Manggarai, perlu rakit bersama bagaimana sabda yang teratak itu sanggup mendarat hingga ke tangan pembaca.

Keresehan itu, ditangkap,Jenny Wajong, selaku moderator jalannya jumpa awal di aula IKM. Jenny menyetirnya dengan elegan agar Gol A Gong menjelaskan dengan telanjang.

Menurut Gol A Gong, tak sulit menjadikan  naskah-naskah itu dalam bentuk buku. Yang utama adalah adanya forum penulis yang diperkuat dengan Peraturan Bupati (Perbup). Regulasi  itulah yang mengatur  lintas kiprah penerbitan dan percetakannya. “Di NTT ada Bunda Baca.  Ibu Juli. Saya kira ini ada jalannya. Tetapi penulis harus ada forum seperti TBM. Forum TBM menjadi legalitasnya yang kemudiandiperkuat Perbub,” jelasnya. ( Kanis Lina Bana/Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!