Berada di bibir Pantai Cepi Watu-Borong saat petang menjelang, sungguh terhibur. Kita seakan-akan terbang melayang pada tingkat ekstase kepuasan batin yang luar biasa. Lelah raga terpuaskan. Sebab ketika kita duduk bermenung di bibir pantai itu, sambil menyaksikan butiran ombak pecah menampar tanggul dan tiang dermaga alam bawa sadar kita terhentak. Ada getaran yang membersitkan harapan. Ada guratan kekaguman merekam asa dari bahasa alam setempat.
***
Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur, terbentuk 23 Nopember 2007 lalu. Daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Manggarai.Kabupaten bungsu dari dua daerah pemekaran di Manggarai Raya. Kabupaten Manggarai Barat dengan Ibukota Labuan Bajo merupakan ‘kakak sulungnya’. Dimekarkan dari Kabupaten Manggarai pada tahun 2003. Kabupaten sejuta wisata ini menjadi kesohor karena binatang purba Komodo. Bahkan jadi merk destinasi wisata dunia.
Selain itu, masih banyak lagi distinasi wisata di daerah itu yang sangat terkenal. Wisatawan domestik dan mancanegara sudah menggandrungi Labuan Bajo. Pariwisata Manggarai Barat sudah sangat terkenal. Membumi. Tak tertandingi. Luar biasa.
Sedangkan kabupaten induk, Manggarai terkenal dengan Rumah Adat Tradisional Wae Rebho di Kecamatan Satar Mese Barat. Juga fosil manusia pendek di Kampung Liang Bua, Kecamatan Wae Ri’i. Kabupaten Manggarai Timur sendiri baru mulai menggarap beberapa potensi wisata yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang penyebarannya hampir merata.
Meski sudah berdiri otonom, sudah jadi tiga kabupaten tetapi dalam filosopi budaya, Manggarai tetap satu kesatuan yang utuh. Mulai dari Selat sape’n salen,Wae Mokel Awo’n. Falsafah ini telah terurai dan terabadikan sejak masa pemerintahan Swapraja dan ‘dihangatkan; kembali dalam ritus cahir gendang tahun 2012 lalu. Ditandai dengan hewan kurban, dan pembagian ‘batu compang’ (pusat persembahan kepada leluhur, Red).
Watu compang dihantar bersama-sama tiga bupati, tokoh adat,dan tokoh masyarakt ke pusat Kantor Bupati Manggarai Barat dan Mangarai Timur.Dalam semangat ini, sebenarnya, Manggarai hanya dipisahkan dari segi administrasi pemerintahan. Sedangkan dalam aras budaya, tidak ada kepalsuan. Tetap satu,utuh, murni tak terpisahkan.
Masing-masing tiga daerah ini memiliki tempat wisata yang khas, unik, dan beragam. Di Manggarai Timur, misalnya, ada beberapa destinasi wisata alam, budaya dan religius yang menjanjikan.Wisata alam, ada Danau Ranamese, misalnya. Dikitari pepohonan hijau.
Danau ini terkenal karena bentangan danaunya yang panjang dan luas. Aneka satwa hidup nyaman di belantara hutan di seputaran danau itu. Dalam perut danau sendiri aneka jenis ikan, belut, udang, dan kepiting hidup dengan bebas. Warga setempat sering menangkap ikan dan belut untuk lauk pauknya. Tak jarang pula, mereka pasarkan hasil tangkapannya.
Airnya bening. Udaranya dingin dan sejuk. Bunga teratai mengitari bibir danau. Sesekali kabut tipis mengitari danau. Monyet-monyet sering bermain di pinggir jalan. Alam tetap awet terjaga karena sudah menjadi area tanggung jawab Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Letak danau ini sangat strategis. Tak jauh dari Jalan Trans-Flores. Dari arah Ruteng-Manggarai, sekitar 17 KM perjalanan. Untuk transport jenis kendaraan apa pun yang kita gunakan tidak masalah. Jalan hotmix. Maklumlah jalan Negara.
Demikian pun transportasi dari arah Borong-Ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Hanya beda jam tempuh dan panjang jalannya. Sekitar 35 Km perjalanan. Ditempuh sekitar 30-45 menit.
Masih di Manggarai Timur. Ada bunga teratai raksasa di Kecamatan Sambi Rampas. Konon danau ini terbesar kedua di dunia setelah Italia.Bila musim mekar tiba, rona bunga-bunga indah sangat memesona. Dalam air dan akar pohon teratai hidup aneka ikan dan belut. Keaslian lingkungan sekitar sungguh terawat. Masyarakat telaten menjaganya. Sebab pesona teratai menjadi kebanggaan warga setempat khususnya dan Manggarai Timur pada umumnya.
Tak jauh dari lokasi itu. Hidup satwa langkah. Binatang Komodo. Oleh masyarakat setempat reptile raksasa itu disebut rugu. Bedanya dengan Komodo Labuan Bajo, Manggarai Barat hanya pada ukuran tubuh dan warna kulitnya. Postur tubuh Komodo Pota, Sambi Rampas lebih lancip dan ramping. Warna kulitnya kuning keemasan.
Sementara di jantung Ibukota Kabupaten Manggarai Timur ada Pantai Cepi Watu-Borong. Pantai ini memiliki daya tarik luar biasa. Sudah dikembangkan sejak masih menjadi tanggung jawab kabupaten induk Manggarai.
Sejak Manggarai Timur otonom berbagai fasilitas di lokasi itu dibenahi. Infrastruktur pelengkap dan pendukung fasilitas lainnya sudah tersedia. Pantai Cepi Watu-Borong menjadi menarik, bukan hanya sebatas lengkungan pantai dengan pasir putihnya. Tetapi juga bentangan pantainya cukup panjang.
Masih dalam radius pantai itu ada dermaga bongkar muat. Umumnya hasil komoditi yang hendak dipasarkan ke luar daerah. Selain itu liukkan dedaunan bakau atau sering disebut juga mangrove-suku Rhizophora menjadi sedotan inspirasi yang menakjub-kan.
Pantai Cepi Watu-Borong dengan segala kazanah alamnya menjadi butiran kekayaan yang melengkapi posana pantai itu. Nelayan sering melaut di perairan pantai tu karena aneka jenis ikan ada di laut itu. Saban hari, terutama pada hari raya atau liburan pantai itu dikerubuti warga. Bukan hanya masyarakat lokal tetapi non lokal. Mereka datang menikmati alamnya. Sekaligus memanjakan tubuh. Mandi pada pantai itu.
Sungguh, Pantai Cepi Watu-Borong menampil-kan panorama unik. Alam sekitar,pasir putih dan hutan Mangrove yang mengitari bibir pantai itu mem-perlihatkan jenaka pemandangan yang eksotik dan menakjubkan. Kawasan pepohonannya ringkih jenaka. Liukkan dedaunan ditingkah semilir angin laut memuaskan dahaga mata. Tak pelak, pepohonan yang langkah itu awet terjaga.
Siang hari siulan burung-burung terdengar merdu. Seperti melodi orkestra.Amat menghibur.Bila senja merayap angsa-angsa putih bertengger manja di beberapa dahan pohon mangrove,usai mengais makanan di Danau Rana Lobha dan persawahan sekitar.
Sambil tertengger mereka mengelus bulu-bulunya. Di kejahuan arah barat sunset mulai perlahan turun. Pantulan sinar keemasan merona. Sungguh menakjubkan.
Pada bahu dermaga, sisi kiri-kanan sejumlah orang mancing ikan. Mereka duduk santai sambil menjagakan alat pancinganya. Ada juga anak-anak remaja menepihkan sepeda motor dan berselfi ria di pantai itu. Nelayan-nelayan mulai turun melaut setelah memasarkan hasil tangkapannya kepada mama-mama lele.
Berada di bibir Pantai Cepi Watu-Borong saat petang menjelang, sungguh terhibur. Seakan-akan terbang melayang pada tingkat ekstase kepuasan batin yang luar biasa. Lelah raga terpuaskan. Sebab ketika kita duduk bermenung di bibir pantai itu, sambil menyaksikan butiran ombak pecah menampar tanggul dan tiang dermaga alam bawa sadar kita terhentak. Ada getaran yang membersitkan harapan. Ada guratan kekaguman merekam asa dari bahasa alam setempat.
Bila menoleh ke arah kiri kita dapati deretan batu alam dengan segala macam akuistiknya. Juga dedauanan yang tumbuh berkanjang di atas bahu tanjung yang menjorok ke laut.Pendek kata Pantai Cepi Watu-Borong dengan rona jenaka pemandangan alam memberikan kepuasan batin yang luar biasa.
Namun pantai dengan segala pesonannya itu belum terurus dengan baik. Masih pakai metode lama. Tunggu ada event atau moment-moment tertentu baru didandani. Padahal pantai dengan segala keragaman alamnya tersebut menjadi aset yang kaya makna. Bukan hanya bagi wisatawan, para usaha kuliner, tetapi bagi daerah Manggarai Timur itu sendiri.
Menikmati panorama pantai itu tidak memerlu-kan biaya mahal. Tapi murah-meriah. Cukup bayar tiket masuk Rp 5.000,00, para pengunjung sudah boleh menikmatinya. Tiket masuk berlaku sepanjang waktu kita berada di pantai itu. Murah dan memuaskan, pasti kita rasakan buih-buih hangat dari energi pantai itu. ( Kanis Lina Bana/denore.id)
