BORONG, DENORE.ID– Awal tahun 2022, masyarakat Manggarai Timur, Flores, NTT, dihadapkan dengan masalah kelangkaan minyak goreng. Pelaku pasar manfaatkan situasi ini menjual dengan harga yang sangat mahal. Karena itu, Pemerintah diharapkan turun tangan mengontrol pasar sekaligus menindak pelaku pasar yang bertindak nakal.
Sulastri Widiayati, saat diwawancara denore.id, Kamis (17/3/2022) di toko Pancaran Express Kembur menyampaikan bahwa meroketnya harga minyak goreng disebabkan karena kurang kontrol dari pemerintah pusat sampai daerah.
“Banyak pedagang nakal yang tetapkan tarif harga minyak goreng dengan harga yang mahal. Dampaknya dirasakan warga sekarang ini. Karena itu, agar adanya kestabilan harga Pemerintah setempat diharapkan membuat aturan agar standardisasi harganya merata,” ungkapnya.
Menurut Sulastri, tak hanya membuat regulasi agar terjadi kestabilan harga pasar, Pemda juga diminta untuk lakukan penertiban langsung di pasar dan toko-toko yang jual produk tersebut.
Keterangan Sulastri dibenarkan Maria Seruni, Kasir Pancaran Express Kembur. Dia mengaku, saat ini benar terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut dibuktikan dengan terbatasnya distribusi beberapa jenis minyak ke toko dia bekerja.
“Distribusi minyak goreng sejak tiga bulan terakhir sangat terbatas. Itu sebenarnya dari agennya di Ruteng. Yang paling susah minyak goreng merek Bimoli. Kalau jenis minyak goreng rakyat dan viola stocknya masih tersedia,” pungkasnya.
Sementara itu, toko Bahagia Ruteng selaku distributor minyak goreng menyampaikan kelangkaan minyak goreng berlangsung sejak Desember 2021. Menurutnya, hal itulah yang membuat distribusi terbatas, termasuk ke wilayah Kabupaten Manggarai Timur.
“kelangkaan minyak goreng sudah berlangsung selama beberapa bulan. Bukan hanya di Manggarai, tetapi di seluruh Indonesia,” tandasnya.
Lanjutnya, kebutuhan masyarakat akan minyak goreng sangat tinggi. warga yang datang membeli di toko, jelasnya, merasa kecewa lantaran stock sangat terbatas. Dia mengaku, tetap intens berkomunikasi dengan produsen minyak goreng namun informasi dari perusahaan tidak dipastikan pasokannya stabil lagi.
“Selaku distributor, kami selalu jalin komunikasi dengan pihak produsen. Jawaban dari mereka belum bisa dipastikan kapan produksi minyak goreng normal dan stabil lagi,” tutupnya. (Iren Saat/Denore.id)
