Proficiat Dinas PPO Manggarai Timur

Oleh;  Kanis Lina Bana*

Apakah saraf sejarah kita sudah karatan sehingga mengenang peradaban tanah asal menjadi barang langkah? Apakah kepekaan batin kita sudah keropos sehingga untuk menoleh saja jadi kaku dan beku?

Pertanyaan itu menyembul begitu saja, ketika jalan-jalan di Aula Setda Manggarai Timur, Minggu (27/11/20220) pukul 17.15 wita. Hari sudah merangkak gelap. Hiruk pikuk seputar aula merangsang daya ingin tahu. Langkah pun saya lempar ke aula tersebut.

Dan ketika langkah mendarat di pintu aula,  selembar heran, serentak mengusung tanya. Sebab tulisan terpampang di latar tembok batas gedung megah itu menyodok bilik jiwa. “Expo Pendidikan Manggarai Timur dalam rangka HUT ke-15 Kabupaten  Manggarai Timur”.

Jujur, membaca tulisan itu nurani saya terusik. Jiwa saya berontak. Segumpal tanya kembali menggedor, “ Beradabkah kita, jika untuk mengenang tanah asal hanya empunya segelintir warga saja? Apakah kita sudah terinfeksi penyakit lupa? Pura-pura lupa atau sengaja kita lupa karena tidak berdampak pada diri kita?  Atau kita memang penderita amnesia sejarah?  

Atau bahkan kita sudah masuk komunitas anomie sebagaimana diingatkan Durkheimian? Jika demikian kita sudah terperangkap dalam kubangan  manusia tanpa nilai. Terutama nilai menghargai sejarah pembentukan Kabupaten manggarai Timur sebagai peradaban bersama.

Saya diam, membiarkan rentetan pertanyaan itu terus menusuk-nusuk ulu hati. Dan sekadar menghibur saya   menghangatkan rasa yang merayap garang itu dengan menatap beberapa stand pameran karya guruk penggerak. Memang ada guratan  hibur, tetapi kecewa tetap saja melingkar meluap. Juga sebait luka yang terus memikul hingga lahirlah tulisan pendek ini.

Memang sempat  meliuk simpul, jika HUT Kabupaten Manggarai Timur tahun ini menjadi giliran Dinas PPO untukbertanggung jawab meracik rangkaian acaranya. Tetapi simpul itu tidak cukup mengakar. Tidak cukup rekat di pualam terdalam hati saya. Kecewa dan heran tetap saja jadi ratapan berkepanjangan. Sebab jika demikian, semestinya gelar karya bukan domainnya Dinas PPO saja, tetapi dinas lain juga bermain peran di dalamnya. Maka kesimpulan jelas, hanya Dinas PPO saja yang merayakenang peristiwa bersejarah tersebut.

Karena itu di ruang rindu pentingnya peradaban sejarah, saya menyampaikan proficiat untuk Dinas PPO Manggarai Timur yang telah menyiapkan ruang kenang sejarah untuk tanah asal. Semoga penjaga kuni ago kalo, para pelaku sejarah, terlebih sang penguasa di atas sana selalu  menggandakan segala amal kalian. Sebab kalian-Dinas PPO Matim telah meningratan  dalam bidang cita, rasa menghargai peradaban sejarah.

Muatan Lokal

Siprianus Pempot, seorang ASN Manggarai Timur, telah mencatat ulang hiruk pikuk pergulatan politik di pusat sana ketika berlangsung proses pembentukan Kabupaten Manggarai Timur. Apa yang diaransirkannya  itu, menyegarkan daya ingatan kita warga Manggarai Timur. Lebih dari itu sebenarnya mengusung  imperatif moral agar pahatan lembar sejarah tetap terawat.  Agar kita selalu mengenang terutama ketika putaran waktu kembali ke titik penting bagi kita masyarakat Manggarai Timur.

Bagi saya, detail yang dikisahkan seorang Siprianus Pempot menjadi butir adabnya. Lebih dari itu semua, sejarah pembentukan Kabupaten Manggarai Timur adalah warisan peradaban kita bersama. Kita wajib merawatnya. Caranya menularkan lembar-lembar sejarah itu kepada  anak-anak pemilik masa depan tanah Manggarai Timur. Namun mengandalkan daya ingatan tutur adalah sia-sia. Sebab tidak cukup abadi kisah lisan itu. Ada kelemahan sana-sani, termasuk daya ingatan si penutur itu sendiri. Belum lagi interpretasi dari si penutur yang dapat mengaburkan kebenarannya.

Karena itu salah satu cara efektif  adalah Dinas PPO Manggarai Timur menjadikan kisah sejarah pembentukan Kabupaten Manggarai Timur sebagai materi ajar muatan lokal. Mutan lokal dimaksud menjadi materi ajar yang berlaku bagi seluruh siswa-siswi di tingkat sekolah dasar dalam wilayah Manggarai Timur. Cara ini, hemat saya efektif.  Tidak ada cara lain. Jika tidak meletakan lembar sejarah pembentukan Kabupaten Manggarai Timur pada hakekatnya, cepat atau lambat akan terbang jauh tak terjangkau. Mari kita renungkan. (*) Penulis, tinggal di Satar Peot-Manggarai Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d