Oleh Kanis Lina Bana*
Sepanjang hari berada di Seminari Pius XII Kisol, Minggu (19/3/2023) mengantar alam bawa sadar saya pada masa silam puluhan tahun lalu. Nuansanya kuat bergetar, menjalar menusuk serentak menghidupkan memori perjuangan masa lalu itu.
Meski nasib belum beruntung, tetapi kisah semingggu di lembah Kisol itu mengiang di hari ini. Sebab apa yang dialami itu memahat dan menyejarah.
Hari ini, di tempat persemaian benih unggul menuju imamat mengalirkan energi kuat. Menghhadirkan perjumpaan harap dan ingin yang selama ini mengembara di sudut hati.
Memang, satu dua kesempatan sempat mendaratkan langkah pasca pertarungan yang pernah saya lewati itu. Tetapi nuansa hari ini sungguh membersitkan kehangatan. Seperti damai di hati dan jiwa menyatu di bawah rindangan pohon beringin, tempat kami berteduh.
Nuansanya terasa beda. Kuat, hebat dan mengagumkan. Betapa tidak, orang tua dan anak seminari boleh merayakan kebersamaan. Boleh bersua pandang tak berjarak. Boleh melihat sudut-sudut ruang juang penuh kompetitif itu. Dan di sana tergurat jelas kekuatan pola pendidikan yang bebas dan memerdekakan yang sanggup dan selalu memancarkan kecerahan dan kecerdasan para insan penghuninya.
Apa yang saya alami menjadi pantulan harap kami orang tua. Jahitan kasih erat menyatu. Senyum penuh bangga terulur bersahut dan hangat.
Seminari Kisol di hari ini adalah lembar-lembar kebersamaan yang terpahat. Uluran harap yang menyatu erat dan segumpal mimpi menggelayut penuh ingin.
Apalagi pesona dan tampilan wajah ganteng di atas panggung dan kerja intelektual yang dipamerkan menjadikan kami, sekurang-kurang saya menaruh harap lebih. Semoga buih indah yang sedang menitih pada jagoanku menjadi selarik doa penuh yang pada akhirnya berujung indah.
Pada ruang jumpa pengobat rindu yang saya alami dan dari sharing sapa bertukar sesama orang tua di halaman asri Seminari Kisol terungkap lugas. Bahwa merdeka belajar ala Seminari Kisol meletupkan kesadaran bagi orang tua. Seminari Kisol memang hebat, luar biasa. Terpujilah pada pembina dan pendidiknya.
Bahwa apa yang disedot-pantulkan siswa seminari baik dia tas panggung dan gelar karya yang dipamerkan menghidupkan kekuatan. Bahwa ruang ekspresi yang kami alami selama sehari itu tidak saja dari pengetahuan, tetapi juga pengertian. Bukan saja dari tangkapan indra dan refleksi tetapi pemahaman. Bukan saja sekadar menampilkan fakta tetapi makna. Di sinilah anggur segar yang yang menghidupkan ilmu dan iman pada siswanya.
Proficiat Seminari Kisol. Proficiat para pembinanya yang menelurkan ide brilian ini sehingga rindu yang selalu sesak mengelupas ketika sapaan hangat penuh persaudaran meliuk dan melebur.
Semoga ruang jumpa orang tua dan keluarga dengan anak seminari yang ada ini menjadi ritus tahunan. Sebab reuni orang tua siswa seminari pun terjahit. Rindu nan sesak dan ingin yang memaksa pun ditumpahkan semuanya. Hehe..hehe. Salam hangat untuk semua penghuni Seminari Kisol. (*)
