Siswa SMAK Pancasila  “Gugat”  Kadis Linus Lusi

Kadis P dan K NTT, Linus Lusi diteriam secara adat saat berkunjung ke SMAK Pancasila Borong. Foto/Christ Anggur.

BORONG, DENORE.ID– Tiga orang siswa SMAK Pancasila Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Flores,  “menggugat” Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  (PK) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Linus Lusi. Pasalnya penyediaan infrastruktur pendidikan di lembaga Negeri dan swasta tingkat SLTA berlaku diskriminatif. Karena itu hendaknya pemerintah berlaku adil baik pembangunan fisik maupun penempatan guru negeri dan  guru P3K.

Gugatan siswa tersebut disampaikan ketika Kadis PK NTT, Linus Lusi menyambangi SMAK Pancasila Borong, Jumat (20/1/2023).  Terhadap pertanyaan tersebut, Kadis Linus Lusi, tidak segera menjawabnya. Ia melemparkan kepada siswa sekolah itu untuk menjawabnya. Hal tersebut sengaja ditempuh Kadis Linus Lusi sebagai bentuk simulasi dalam rangka pertajam daya nalar siswa sekolah itu.  “Bagaimana Anda menjawab pertanyaan ini seandainya Anda menjabat Kadis P dan K  Propinsi NTT 20 tahun akan datang,” pintanya yang disambut tepuk tangan gegap gempita seluruh civitas akademika SMAK Pancasila.

Meski demikian Kadis Linus menegaskan, pemerintah tidak pernah berlaku diskriminasi. Semua sekolah diperhatikan, namun bertahap sambil memperhatikan regulasi yang berlaku.

Guru-guru dan siswa SMAK Pancasila.

Saat berkunjung ke lembaga bernapas Katolik tersebut Kadis Linus Lusi diterima secara adat, kepok sundung dan tarian tiba meka di depan gerbang masuk. Selanjutnya, dihantar ke panggung utama dan diterima dengan tarian ja’i. Turut mendampingi Kadis Linus Lusi, Koordinator Pengawas SMA Manggarai Timur, Lukas Sumba, S.Fil, Ketua MKKS, Frumens Hemat, S.Fil dan beberapa petinggi lembaga tingkat SLTA.

Kepala sekolah, RD. Luis Jawa, S.Fil, dalam sambutannya, mengungkapkan kegembiraan atas kunjungan Kadis P dan K  NTT, Linus Lusi, bersama rombongan. Bahkan kepada rombongan RD Luis, Pr persilahkan melihat langsung dan bertemu  para guru, pegawai serta siswa di sekolah asuhannya.

Mengawali sambutan Kadis Linus Lusi mengungkapkan sebuah filosofi belajar: “Mundur itu pilihan, tapi maju itu kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan, jangan sampai Anda kehilangan momentum,” ujarnya. Selanjutnya, kadis minta siswa  menyebut 10 profil pelajar Pancasila serta memuji kreativitas guru dan siswa. Beliau sangat mengapresiasi acara seremonial penerimaan yang bernuansa budaya. “Tadi kita disambut dengan tarian daerah. Kita semua menari, kepala sekolah, guru-guru dan siswa menari. Ini nanti menjadi tarian kolosal yang dipentaskan secara massal pada 17 Agustus mendatang. Mengapa? Ja’i dan permainan caci, akan terus dikembangkan sebagai tarian heroik para satria NTT yang dipadukan jadi ekspresi gerak perjuangan siswa dan guru memajukan pendidikan,” tegasnya.

Sementara kepada kepsek dan para guru diminta menggerakkan siswa-siswi  untuk membaca dan berliterasi. Kemauan belajar berliterasi dan numerasi, perlu didorong terus-menerus demi membentuk karakter siswa.  “Tipikal sekolah swasta Katolik selalu pertahankan nilai-nilai kekatolikan, nilai pengorbanan, kejujuran, ketekunan dan tanggung jawab,” katanya.

Sedangkan guru P3K, katanya, dari sekian peserta yang ikut seleksi, 10 orang guru di antaranya  lulus dari sekolah ini. Menurutnya, prestasi tersebut membuktikan guru Anda sangat berkompetensi. Mereka akan jadi duta di tempat barunya, walaupun untuk sekolah lain.

Selain itu Kadis Linus Lusi juga tes kemampuan Ketua OSIS untuk berpidato dan mempersilahkan para siswa untuk bertanya. Pada sesi ini sedikitnya tiga orang siswa, Evan Jalorong, Telni Tasman dan Yofran mengajukan pertanyaan. Pada intinya tiga siswa sekolah itu persoalkan fasilitas pendidikan, keseimbangan penempatan guru dan derita siswa di wilayah pelosok Manggarai Timur.

Setelah acara seremonial penyambutan, dilanjutkan  tatap muka tertutup bersama kepsek SMA/SMK se-Manggarai Timur. Acara yang dipandu Ketua MKKS, Frumens Hemat, S.Fil, diawali lagu Indonesia raya dan Mars NTT Maju. Pada kesempatan yang sama Koordinator Pengawas SMA, Lukas Sumba, melaporkan jumlah sekolah di Manggarai Timur ada 66 SMA,SMK. dari jumlah tersebut sekolah penggerak angkatan pertama, sembilan, namun satu di antaranya gagal sehingga tertinggal delapan sebagai  sekolah penggerak. Angkatan dua sebanyak enam sekolah . Totalnya berjumlah 14 sekolah dengan status sekolah penggerak.

Dari sekian, keadaannnya ada 96 guru kontrak, ditambah 56 guru negeri. “Diharapkan ada rekrut guru baru yg menguasai IT,” pinta Lukas Sumba.

Pada bagian lain, Lukas Sumba, menambahkan saat ini sekolah-sekolah  sedang menggalang kerja sama dan  berkolaborasi dengan sekolah penggerak. Semoga dari segi kualitas, secara nasional bisa mencapai target yang setara dengan 1.000 sekolah penggerak di Indonesia. (Christ Anggur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: