BORONG, DENORE,ID--Mama Yulianik, salam sejahtera. Maaf sebelumnya. Kami datang menyapamu, seraya mendoakanmu, Mama Kompol Yulianik, maaf juga, jika kami telah mengusik Mama Yuli dari tidur nan tenang. Inilah kami. Kami sangat mencintaimu. Karena cinta itulah surat ini kami kirimkan.
Kami tahu, sebelum surat ini kami kirimkan,Mama Yuli sudah mengetahui bagaimana senangnya kami ketika berada di pelataran rumah olahraga yang telah engkau adakan.
Kami sungguh terbuai oleh suguhan permainan dan pertandingan yang menghibur dan menyenangkan. Meski pada sudut-sudut hati kami terjahit sakit karena pergimu terlalu cepat. Kami membayangkan betapa bahagianya, jika Mama Kompol Yulianik menyaksikan bagaimana tarian olahraga yang diperagakan anak-anakmu di lapangan yang berwibawa ini. Senyumu pasti tergaris apik. Tetapi sebagai insan beriman, kami yakin, Mama Yulianik menyaksikan dalam cara lain. Menyaksikan dalam tenang.
Mama Kompol Yulianik, meski raga kita tak saling jamah, tetapi kami yakin dikau ada bersama kami. Doakanlah untuk cinta yang tak berkesudahan ini. Cinta itu tersulam dalam sarana dan fasilitas olahraga yang telah engkau letakan. Fasilitas itu telah kami gunakan. Berawal dari lapangan futsal, kini kami ada di teras rumah peninggalanmu seraya mementaskan olahraga melenturkan badan, bola volley putra dan putri.

Mama Kompol Yulianik, kami yakin Mama sudah tenang. Damai kasih bersahut mengikat bersama para kudus. Karena larik larik kasih yang dirakit selama pengembaraanmu di dunia ini selalu bernilai dan berjiwa bagi sesama. Kasihmu lahir dari kedalaman batin dan iman nan setia. Untuk sesama yang terbatas telah engkau datangi. Mengulurkan bantuan. Mereka tetap mendoakanmu. Demikian para atlet yang bermain di lapangan. Lebih dari itu penonton setia, tua-muda dan anak-anak tak bergeming dari tempat duduknya menyaksikan hiburan yang menyenangkan hati. Emosi kami meluap dalam rindu terobati.
Melalui surat ini, kami anak-anakmu yang sedang jelajah di dunia fana ini menyapamu dalam cinta. Seraya mengucap ikhlas tak berhingga. Sebab amal dan cita-citamu terakik, membekas dalam keabadian. Dikau, Mama Yulianik telah meletakan sejarah yang menyejarah. Bias-bias kasihmu terpatri. Peninggalanmu yang kami rasakan saat ini, adalah bait kasih yang merekat dan menyatukan cinta dan persaudaraan.
Hampir sepekan ini, kami mendoakanmu dalam cara sederhana. Doa murni dan ujud sujud. Kami bahagia sekali karena peninggalanmu telah menjembatani kami dengan sesama yang lain. Emosi kami terbawa dalam sukacita nan dalam. Lepas dari kesibukan seharian kami mendatangimu di tempat yang telah engkau siapkan. Hati kami menari dalam girang yang tak terbilang. Mata kami sungguh dimanjakan. Lalulintas perjumpaan dan dawai kasih mengalir dengan syahdunya.
Mama Kompol Yulianik, kami selalu mendoakanmu. Untuk keluarga yang ditinggalkan dalam jarak tak terbatas ini menjadi halangan, tetapi dikau dekat ada bersama. Kuatkan hati Bapak AKBP Purnawirawan Marsel Sarimin. Untuk anak-anak dan cucu-cucumu. Kami selalu ada bersama untuk merayakan kehangatan dalam bidang olahraga. Salam dan doa dari kami semua. (humas panitia)
