BORONG, DENORE.ID – Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Perindagkop) Kabupaten Manggarai Timur, Fransiskus F. Sinta, mengancam wartawan Denore.id, Senin (21/2/2022). Ancaman tersebut terjadi ketika wartawan menanyakan penggunaan anggaran renovasi salah satu unit bangunan Pasar Inpres Borong dan retribusi pasar. Padahal, konfirmasi wartawan hanya memastikan penggunaan dana itu sehingga berita yang disajikan memenuhi standar jurnalistik cover both side.
Untuk diketahui, sebelumnya, wartawan Denore.id, mewawancarai Kadis Frans di ruang kerjanya, Rabu (16/2/2022). Dia diminta penjelasan seputar mubazirnya lapak Pasar Inpres Borong. Pedagang banyak yang mengeluh dan enggan berjualan di lokasi tersebut. Padahal fasilitas yang ditinggalkan sejumlah pedagang itu menghabiskan anggaran miliaran rupiah.
Menurut beberapa pedagang, sebagaimana diakui, Lani dan Adel, mereka bukan sengaja hengkang dari lapak Pasar Borong. Tetapi sirkulasi udara tidak berjalan normal dan sangat panas. Mereka berdagang di lapak itu hanya bertahan dua hari saja. Selebihnya kembali ke lapak-lapak yang mereka siapkan sendiri atau menjajakkan barang dagangnya di lapak sewaan. Namun mereka siap memanfaatkan fasilitas yang disiapkan pemerintah, apabila sudah memperbaiki plafonnya.
Lani menambahkan selain alasan panas, produk dagangan mereka nyaris tak ada pembeli. Hal itu disebabkan konsumen lebih memilih membeli di lapak pedagang yang menjual di lapak milik pribadi. Apalagi lokasi lapak liar, terang Lani, berjejeran sepanjang jalan menuju lokasi Pasar Inpres. Hal itu memudahkan para konsumen lebih memilih membeli barang di luar Pasar Borong.
Atas dasar keluhan itu Denore.id konfirmasi Kadis Perindagkop Matim guna mendapat penjelasannya. Menanggapi hal itu, Kadis Frans, menandaskan alasan lapak Pasar Borong belum dimanfaatkan secara maksimal lantaran mental para pedagang yang sulit diatur. Padahal pemerintah sudah siapkan fasilitas, berikut pindahkan mereka ke lapak Pasar Inpres Borong. Namun, upaya itu tidak diindahkan. Hanya beberapa hari saja mereka bertahan di lapak itu. “Fasilitas di pasar itu bukan mubazir, tapi karena mental pedagang yang sulit diatur,” tegasnya.

Sementara untuk perbaikan plafon, jelasnya, Pemda Matim sudah mengalokasi dana sebesar Rp. 200.000.000 untuk perbaikan. Perbaikan sarana yang bersumber dari APBD itu sudah dilakukan menggunakan jasa pihak ketiga dengan sistem penunjukkan langsung.
Kronologi Kejadian
Berdasarkan penjelasan Kadis Frans pada Rabu, (16/2/2022) Denore.id menelusuri dan memantau kondisi fisik plafon yang dikerjakan. Hasil pantauan ditemukan fakta yang patut diduga adanya kejanggalan pekerjaan. Kejanggalan itu berupa plafon menggunakan material tripleks. Itu pun hanya terkover pada blok-blok kios yang berjejer di pintu masuk menuju lapak utama. Sementara langit-langit bangunan utama lapak tidak terlihat adanya penambahan plafonnya.
Temuan lain, terdapat pekerjaan paving blok di seputar halaman pintu utama bagian kiri pintu masuk ke lapak Pasar Inpres Borong. Tetapi Donere.id, tidak mengetahui apakah fasilitas itu masih satu kesatuan dengan anggaran Rp. 200.000.000 atau anggaran lain.
Selain mengamati pekerjaan yang bersumber dari dana ABPD sebesar Rp. 200.000.000 itu, Denore.id juga wawancara para pedagang terkait pajak. Hal ini dilakukan mengingat target PAD Dinas Perindagkop Matim yang bersumber dari retribusi pasar sebesar Rp. 450.000.000,00. Namun capaianya hanya sebesar Rp. 377.000.000. Pada bangunan Pasar Borong terdapat 168 lapak dan 35 unit kios.
Untuk retribusi pasar di Pasar Borong sistem pembayarannya, berdasarkan ukuran lapak. Untuk luas 1×1 m persegi sebesar Rp.1000 per bulan. Sementara retribusi kios belum dapat kepastian jumlah kewajiban bulanan yang harus dibayar.
Berdasarkan hasil pantauan dan informasi yang dihimpun itulah Denore.id mendatangi Kadis Frans untuk konfirmasi lanjutannya pada Senin, (21/2/2022) sekitar pukul 10.30. Wartawan tiba di kantor itu diterima salah seorang pegawai. Saat itu langsung disampaikan tujuan kedatangan untuk bertemu sang kadis. Namun Kadis Frans sedang melayani tamu, sehingga pegawai di dinas itu sarankan untuk tunggu. Kurang lebih 30 menit kemudian Denore.id diterima Kadis Perindagkop untuk wawancara.
Wartawan Denore.id mengawali pertanyaan seputar pengelolaan anggaran renovasi salah satu gedung Pasar Inpres Borong. Kadis Frans, menjelaskan renovasi yang dimaksud bukan plafon menggunakan material tripleks melainkan aluminium foil. Menanggapi penjelasan tersebut, wartawan Denore.id meminta tambahan penjelasan tentang plafon aluminium foil itu. Sebab sepengetahuan wartawan Denore.id fasilitas itu dikerjakan sebelum pemasangan seng. “Bukan renovasi melainkan anggaran baru yang dikerjakan melalui Penujukkan Langsung (PL),” jelasnya.
Menyinggung dokumen total anggaran proyek Pasar Inpres Borong sebagaimana dijanjikan Kadis Frans, pada Rabu, (16/2/2022) tidak dipenuhi pada Senin (21/2/2022). Kadis Frans, mengaku arsip dokumen itu belum ditemukan. Pihak dinas sudah berusaha mencarinya namun belum ditemukan. Meski sebelumnya Kadis Frans sudah menyanggupi akan menginformasikan total anggaran, berikut kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut.
Ketika ditanya, apakah dokumen tersebut sudah hilang, Kadis Frans, membantahnya. Menurutnya, dokumen itu sedang dicari. “Dokumen terlalu banyak, kami sulit temukan secepatnya. Apalagi proyek tersebut dikerjakan tahun 2017. Itu sudah terlalu lama,” ungkapnya.

Ancam Wartawan, Cari di Luar
Kadis Frans mulai marah-marah dan ancam wartawan, ketika menyinggung tentang PAD Dinas Perindagkop Matim yang bersumber dari retribusi pasar. Baik pasar harian maupun pasar mingguan. Wartawan menanyakan hal itu berdasarkan temuan di Pasar Borong bahwa jumlah retribusi bervariasi. Seketika itu Kadis Frans marah dan mulai ancam wartawan.
“Kamu sudah beberapa kali wawancara saya. Pertanyaan yang diajukan sama saja. Saya sudah jelaskan, lalu apa maksud kamu menanyakan hal-hal tidak masuk akal,” tegasnya.
Selain itu Kadis Frans juga mengumpat, wartawan Denore.id dengan pernyataan tidak paham etika jurnalistik dan tidak rasional. Dia mengeluarkan kata tak terpuji itu berdasarkan pengalaman selama menjabat sebagai kadis baru kesempatan ini diwawancara seperti diinterogasi. “Jujur selama ini banyak wartawan wawancara saya. Tapi tidak seperti kamu. Ini sama saja mengadu dinas dengan pedagang pasar,” tegasnya.
Lebih dari itu Kadis Frans, mengancam akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan apabila yang diberitakan tidak sesuai dengan materi yang diwawancarakan. “Kamu publikasikan beritanya. Tapi sesuai dengan yang diwawancara. Kalau tidak, kawe peang -saya akan cari kamu di luar. Sebab semua pembangunan di Matim sesuai RPJMD Bupati selaku kepala daerah,” tutupnya. (Iren Saat/Editor Kanis Lina Bana/Yos Syukur)
