Oleh Ino Sengkang /Ketua FTBM Manggarai Timur
Tarian Vera, Tradisi Merawat Makna, merupakan ungkapan kegembiraan dan sukacita sekaligus sebuah catatan kritis akan kebermaknaan dari bentuk penyajian tari Vera itu sendiri. Alasannya, pertama di tengah tantangan perkembangan era modern, siswa/I SMPN Satap Munde berani mempertahankan nilai-nilai luhur karya nenek moyang etnis Rongga melalui tari Vera.
Kedua, kemauan tinggi siswa/i SMPN Satap Munde mengisi waktu luang untuk belajar kearifan lokal. Mereka saling berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif-inovasi serta mampu berkomunikasi dengan masyarakat . Ketiga apresiasi kepada orang tua, narasumber, dan masyarakat etnis Rongga yang tetap mempertahankan tradisi lisan tari Vera kepada generasi. Semoga nilai-nilai luhur tersebut terus dan tetap dipertahankan.
Keempat, apresiasi kepada lembaga pendidikan SMPN Satap Munde (kepala sekolah, guru dan Siswa/i) yang memberi respek pada tari Vera sebagai pelajaran muatan lokal yang wajib dilaksanakan dan menjadi ciri khas dari SMPN Satap Munde.
Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin jujur memberikan sedikit masukan penting untuk diperhatikan ke depannya, jika diindahkan. Sangat berterima kasih bila dalam tulisan ini saya perlu memberikan catatan. Saya batasi hanya pada bentuk penyajian busana.

Pertama, unsur lain pendukung yang juga sangat penting pada saat penyajian adalah busana. Busana tarian tidak dapat dilepaspisahkan dengan tarian etnis budaya tertentu. Misalnya, tarian Ja’i identik dengan busana khas (termasuk property) masyarakat etnis Ngada dan beberapa contoh tarian daerah lainnya. Sama halnya juga dengan tarian Vera. Untuk Tarian Vera kekhasan busana terletak pada Nggobe (Topi Rongga). Elok dan memiliki nilai estetika ketika dipandang. Nggobe inilah yang menjadi ciri khas dari tarian yang ada di Manggarai raya, Flores dan NTT khususnya maupun Indonesia secara umum.
Kedua, semua peserta laki-laki tari Vera wajib mengenakan Nggobe, kemeja putih dan songke tanpa alas kaki. Sebab cara mengidentifikasi tarian Vera akan lebih nampak ketika pertama mengamati tampilan busana yang khas dari etnis Rongga ditambah lagi dengan pola gerak, dan nyanyian dalam bahasa Rongga. Ketiga, kepada lembaga pendidikan SMPN Satap Munde perlu mengadakan festival budaya demi meningkatkan rasa kecintaan dan kebanggan siswa/i pada budaya Vera dan potensi lainnya.
Keempat, kepada pemerintah daerah kabupaten Manggarai Timur (dari pemerintah kabupaten, kecamatan, kelurahan sampai pemerintah desa), harapannya agar memberi ruang lebih banyak pada tarian Vera dalam setiap hajatan-hajatan besar atau penyambutan tamu Agung yang masuk atau berkegiatan di Manggarai Timur. Jika diindahkan, perlu ada perda khusus atau penegasan kepada satuan pendidikan yang berada di Zona etnis Rongga untuk menggunakan busana ëtnis Rongga berdasarkan hari yang telah dijadwalkan.
Agar rasa cinta dan rasa memiliki busana daerah sebagai ciri khas dan kearifan lokal etnis Rongga tidak punah dan hilang dari sejarah. Dengan demikian tentunya berdampak pada peningkatan ekonomi kreatif pengrajin topi Rongga dan kesejahteraan masyarakat etnis Rongga. (habis)
