Oleh : Kanis Lina Bana*
Persis pada pekan suci-saat di mana umat Kristen Katolik dan Protestan berhening menyambut pesta Paskah. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, berkunjung ke daratan Flores. Kunjungan ini, di satu sisi sah sah saja. Wajar saja pucuk pimpinan tertinggi pemerintah Propinsi NTT datang menjenguk, seraya merekam degup jantung kebutuhan masyarakatnya.
Tetapi di sisi lain, kunjungan tersebut meresahkan. Tidak tepat. Tidak tampan. Kurang paham sikon. Sebab kunjungan tersebut membuat perhatian masyarakat “terbelah”. Terutama warga Kristen yang ada dalam lingkaran birokrasi atau masyarakat di titik kunjungan. Mau tidak mau harus terlibat dan melibat. Menyiapkan segala sesuatu agar acara kunjungan orang nomor satu di NTT ini lancar.
Apalagi untuk basis masyarakat kita yang amat kental dengan budayanya. Pasti tahu dan sadar bagaimana selayaknya bersikap terhadap tamu. Bagimana ukuran perlakuan terhadap tamu terhormat seperti Gubernur NTT, pasti sangat merepotkan. Lelah dan tersiksa. Tidak tenang. Batin terayun-ayun.
Tepat hari Sabtu Kudus-tri hari suci, Gubernur NTT berada di wilayah Manggarai Timur. Bupati Ande Agas bersama jajarannya pada sibuk. Warga di lokasi sasaran kunjungan juga “terseok-seok”.
Berawal di Kobok, Kelurahan Rongga Koe, Kecamatan Kota Komba. Gubernur NTT berkunjung pegiat penyulingan sopi. Gubernur NTT juga mencicipi sopi bikinan warga Kobok. Kunjungan di tempat tidak terlalu merisaukan warga. Jam kunjungan masih bisa ditoleransi.
Sementara kunjungan ke Compang Ndejing rasanya kurang pas. Tidak tampan. Warga sedang memasuki detik detik akhir persiapan perayaan Sabtu Kudus. Semestinya umat harus berkhusuk, bersemedi, berhening mempersiapkan batin untuk perayaan agung Kebangkitan Yesus. Merenungkan misteri Paskah. Justeru harus dicairkan, “dilunakkan” dengan prosesi kunjungan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.
Saya kira umat-masyarakat Kristiani terganggu dengan kunjungan pejabat tanpa memperhitungkan tingkat kebutuhan-kesibukan masyarakatnya. Saya yakin beralasan juga jika kunjungan kali ini kurang memikat. Kurang respek terhadap agenda kunjungan pemimpin tanpa toleransi terhadap warga yang hendak merayakan misteri keselamatan Allah. Meski kunjungan itu tidak mengusik esensi perayaannya, tetapi atensi dan kesibukan meruncing posisi batin umat.
Padahal masih ada hari esok yang lebih longgar. Masih terbuka lebar kesempatan setelah perayaan Paskah. Akan lebih elegan jika kunjungan itu murni hendak merayakan paskah bersama umat. Artinya tidak perlu sibuk dengan urusan seremoni seremoni segala. Datang, ada bersama umat terlibat merayakan paskah. Jika misi ini hendak diusung, saya kira tidak merepotkan. Bahkan umat semakin menaruh hormat. Respek berlipat lipat. Mengenang dan selalu terkenang.
Tetapi jika diisi dengan agenda lain yang kian sesak membuat kunjungan itu kurang membekas. Masyarakat Kristen pasti komat kamit. Jengkel meski tak kuasa bersuara lurus. Antara melayani dan menghayati berbelok arah. Tak kuasa merenung dalam teduh. Tak ubah mimpi jadi harapan. Mimpi sekadar datang menghampir lalu pamit meninggalkan gumpalan gumpalan kecewa yang membeku dalam batin.
Kecuali itu, ada harapan kecil yang menjenguk sukma. Ada program tanam jagung panen sapi. Program ini istimewa, mulia. Harapannya program itu berefek tepat. Dapat membantu banyak warga.
Selain itu ada asa yang menggemah. “Semoga kunjungan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, kali ini dalam rangka memenuhi janji politiknya. Terutama menuntaskan badan jalan propinsi di Manggarai Timur yang sudah babak belur? Lintasan menuju Elar Selatan yang masih keok. Janjinya tiga tahun tuntas. Hingga saat ini? Keluh derita tentang jalan dari dan ke Elar masih sama. Masih rusak parah. Belum terurus tuntas. Berharap tahun tahun terakhir menjelang pamit, Gubernur Viktor Laiskodat bisa bereskan.
Dalam kunjungan yang sama juga ada harapan lain. Datang bawa uang untuk bangun sepuluh unit home stay di Golo Depet-Rana Mese sana yang pernah dijanjikan beberapa waktu lalu. Entah kapan itu terwujud, saya tidak tahu. Semuanya tergantunng komitmen Gubernur NTT sendiri.
Karena itu, lebih elok datang bawah kabar hangat. Yang sudah dikatakan datang untuk dinyatakan. Datang pada waktu yang tepat. Jangan kacaukan batin umat sedang berhening pulang. Mengenang misteri perayaan yang hendak direnunghayatkan. Jangan bikin sesak nurani umat yang lagi berkonteplatif menyelam dan menghirup kekayaan rohoniah misteri paskah.
Umat-masyarakat paham akan tugas pelayanan pemerintah. Seluruh kerja untuk rakyat. Urus rakyat sejahtera. Tetapi ketika kunjungan bertindih tepat dengan urusan kebutuhan rakyat akan imannya terasa kurang afdol. Acara lancar, pasti. Prosesi hikmat sudah sewajarnya. Tetapi disposisi batin pasti terganggu. Umat-masyarakat sudah tahu berhitung secara politik. Tengoklah ke dalam sebelum rancang agenda kunjung masyarakat agar semuanya nyaman. Agar kita tidak membuang garam ke lautan. Kira kira begitu.
Penulis Pemimpin Umum Denore.id
