Yerusalem : Pemicu Perang Abadi Israel-Palestina (1)

Oleh: Kristian Emanuel Anggur

CATATAN 

 Perang Israel VS Hamas, sejak Minggu (7/10/2023), selain meresahkan masyarakat dunia, kita semua merasa prihatin. Berbagai ragam tanggapan, cenderung menggiring opini negatif dan menyulut sikap pro-kontra, dukung-mendukung bahkan condong mengalihkan konflik politik menjadi sentimen agama. Menanggapi tragedi kemanusiaan, dengan pemahaman utuh dari sudut pandang fakta sejarah dapat mengurangi penilaian subyektif-sepihak dalam membaca sebuah peristiwa. Selain mendudukan persoalan pada posisi netral, setidaknya menggugah nurani kolektif kita akan rasa solidaritas untuk berpihak pada korban yang terus berjatuhan di keduabelah pihak, terutama anak-anak, wanita dan lansia yang tidak berdosa baik di pihak Hamas maupun di pihak Israel. Mulai edisi ini kami turunkan tulisan berseri Saudara Kristian Emanuel Anggur, yang diramu dari beberapa sumber terpercaya.

Gereja Kristen sedunia, dari denominasi apa pun, sering membaca nubuat Yesus yang menangisi Kota Yerusalem: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu. Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” (Mat 23:37-38; Luk 13:34).“…Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.” (Luk 21:24)

Mengapa Yesus menangisi Yerusalem? Mendahului Yesus, beberapa abad sebelumnya, Yeremia meratapi Yerusalem. Bahkan tetesan air mata Yeremia terus dikenang bangsa Yahudi, hingga hari ini pada Tembok Ratapan. Yerusalem, Yerusalem…! Engkau adalah kota kebanggaan dan kerinduan semua bangsa di masa lampau hingga sekarang. Engkau telah menyebabkan kemajuan peradaban dunia, tapi sekaligus batu sandungan bagi terjadinya ajang pertempuran dan pertikaian dari masa ke masa. Berbagai peperangan besar sejak zaman nomaden hingga era moderen, menyebabkan gelombang pengungsian dan pembuangan terhadap bani Israel ke seluruh dunia, hingga menjadi bangsa diaspora. Yerusalem dicabik-cabik! Bagaimana riwayat tentang kota itu?

Awal-mula, Yerusalem adalah nama sebuah Khibbutzim (kampung) yang didiami suku bangsa Yebus yang bermusuhan dengan suku Israel. Setelah Daud dinobatkan menjadi raja kedua Israel, ia berhasil mengalahkan bangsa Yebus dan merebut Yerusalem untuk dijadikan kubu pertahanannya. Guna mengenang peristiwa kemenangan Israel atas bangsa Yebus, kemudian bekas markas pertahanannya itu dijadikan Daud sebagai tempat tinggal tetap. Makin lama kekuasaan raja Daud semakin besar dan Yerusalem kian berkembang pula menjadi sebuah kota yang diberi nama: “Kota Daud.” (II Sam. 5:6-10). Di kota Daud ini didirikan sebuah Kenisah Daud oleh raja ketiga, Salomo. Tetapi banyak orang masih menyebut Kota Daud dengan nama aslinya, yaitu YERUSALEM. Atau kota damai, dalam sebutan aslinya: Ursalem/Ursalam (Ur = kota, Salem = damai). Dan ada pula yang menyebutnya “Kota Zion”, karena kota itu terletak di bukit Zion (Dalam bahasa Ibrani, Si-ion atau Shoh-yun, artinya: kota suci di padang gurun)[1]. Kemegahan kota Yerusalem ini telah menjadi lambang kejayaan suku Yehuda-Israel. Hingga sekarang bangsa Yahudi diaspora yang tersebar di seluruh dunia merindukan kembalinya kejayaan Zion itu. Lantas oleh sisa-sisa kecil Israel yang tersebar di seluruh dunia sebagai bangsa diaspora, memberi julukan kepada Yerusalem dengan berbagai nama. Selain nama Yerusalem, juga disebut Kota Daud, Kota Zion, Aelia Capitolina, Kota Kudus, Kota Suci, Yerusalem Surgawi, Kota Abadi, Tanah Suci, dan lain-lain. Setelah ekspansi Islam tahun 637 dibawah pimpinan Khalifah Umar, orang Arab mengepung Yerusalem dan menyebutnya Al-Quds (kota kudus). Walaupun sekian lama kota Yerusalem dikuasai Pasukan Turki Utsmaniyah, tetapi tidak berarti jejak sejarah Israel ikut dihilangkan, bahwa fakta historis tembok kota Yerusalem yang didirikan oleh Raja Daud masih tersisa.

Namun Yerusalem kemudian dihancurkan oleh berbagai perang besar. Sejak sebelum ramalan Yesus dan di abad-abad berikutnya hingga kini “Tanah Suci Yerusalem” merupakan ajang peperangan, tempat pertumpahan darah, dan tanah kesengsaraan. Peperangan demi peperangan berkecamuk, pemberontakan demi pemberontakan muncul hingga tanah yang suci itu merupakan pula tanah yang paling banyak dilumuri darah anak manusia yang gugur dalam berbagai pertempuran dan pemberontakan.[2] Berapa kalikah pertempuran besar terjadi karena Yerusalem? Dalam sejarah perang saudara antara Israel Vs Palestina, tercatat sebagai konflik terpanjang.[3] Sudah terjadi 46 peristiwa besar dalam sejarah panjang Israel, sbb:

  1. Dari tahun 9.000 SM, menurut hasil studi arkeologi, bahwa tanah yang sekarang disebut Palestina, sebelumnya dikuasai oleh komunitas tertua, meski sejarah tertulisnya baru dimulai ketika Abraham tiba di Kanaan dari negeri Ur di Mesopotamia, kurang lebih tahun 1950 SM.[4]
  2. Tahun 1478, sebelum Masehi (sm), Tutmosis III sebagai Firaun Mesir, menaklukkan tanah Kanaan melalui pertempuran dahsyat di Megido. Peristiwa itu dilukiskan dengan huruf hieroglif di dinding kuil yang dibangun Firaun di Mesir hulu.
  3. Tahun 1250 (sm), setelah Musa membebaskan Israel dari penindasan Mesir, Yosua membawa masuk suku bangsa Israel, menyeberangi Laut Teberau (Laut Merah), menaklukkan negeri itu dan membagi-bagikan kepada keduabelas suku Israel (Yosua bab 1-22).
  1. Tahun 1200 (sm), orang Filistin dari pulau-pulau laut Egea (imigran Yunani yang melintasi laut Mediterania), menduduki wilayah pantai Kanaan dengan berpusat di lima kota barat daya Israel, yaitu: “Gaza, Ashdod, Ashkelon, Gat, dan Ekron. Hasil penelitian para ahli sejarah dan arkeologi beberapa negara terhadap test DNA dari 10 jasad yang ditemukan pada situs kuburan kuno Filistin, dari genetika yang diidentifikasi ternyata suku Filistin berasal dari Yunani, Sardinia dan Iberia Spanyol, bukan suku bangsa Arab Palestina. Fakta sejarah ini dijelaskan oleh Choongwon Jeong, ahli arkeogenetika dari Max Planck Institute of the Science of Human History, Jena, Jerman yang dikutip dari Live Science.[5]
  2. Tahun 1050 (sm), Saul diurapi sebagai raja Israel yang pertama (I Sam 9:1-10:6), Saul gugur dalam pertempuran melawan Filistin di Gilboa (I Sam 31:1-13).
  3. Tahun 1004-965 (sm), Daud naik takta sebagai raja kedua. 7 tahun menetap di Hebron (II Sam 2:1-7), kemudian pindah ke Yerusalem (II Sam 5:6-10; I Tawarikh 11:4-9). Dia berhasil mengalahkan Filistin setelah menumbangkan Goliat (I Sam 17:40-548).
  4. Tahun 965-922 (sm), Salomo dinobatkan menjadi raja Israel ke 3 (I Raj 11:42; II Tawarikh 9:30). Pada masa pemerintahannya tidak terjadi peperangan sehingga ia berhasil membangun Bait Allah yang pertama (I Raj 6:1-3; II Tawarikh 3:1-14). Tetapi beban pajak terlalu berat karena hidupnya sangat mewah (II Raj 10:14-29; II Tawarikh 9: 13-28). Setelah ia wafat kerajaannya pecah menjadi dua, kerajaan Israel di Utara (Samaria) dan kerajaan Yehuda di Selatan (Yerusalem). Perpecahan itu membuat bangsa Israel menjadi lemah (I Raj 12:1-24; II Tawarikh 10: 1 s/d 11:4). Setelah masa kekuasaan raja Salomo, untuk wilayah geografis Israel Selatan yang mencakup Palestina sekarang dikenal dengan sebutan Yudea.
  5. Tahun 721 (sm), pasukan Asyria menaklukkan Samaria, Ibu kota Israel dan membuang para pemimpinnya ke Asyria (II Raj 17:5-6). Percampuran perkawinan antara prajurit Asyria dengan sisa kecil Israel menurunkan suku bangsa Samaria yang dianggap kafir oleh orang Yehuda/Yahudi (II Raj 17:17-24).
  6. Tahun 587 (sm), pasukan Babilonia dipimpin oleh Nebukadnezar menghancurkan kota Yerusalem dan Bait Allah. Para pemimpin dan pejuang Israel ditawan bersama rakyatnya serta dibuang ke Babel. Di sanalah sisa-sisa kecil Israel dijadikan budak dan ditindas. Bertahun-tahun mereka menangis merindukan Yerusalem, tanah kelahirannya. Jeritan dan isak tangis bangsa Israel di tanah asing, melahirkan inspirasi bagi penulis Kitab Mazmur Daud, yang dikenang dalam bab 137:1-6, sbb: “Di tepi sungai-sungai Babilon, di sanalah kami duduk sambil menangis, apabila kami mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kami menggantungkan kecapi kami. Sebab di sanalah orang-orang yang manawan kami meminta kepada kami memperdengarkan nyanyian, dan orang yang menyiksa kami meminta nyanyian sukacita.“Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Zion!” Bagaimanakah kami menyanyikan nyanyian sukacita di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku. Sampai sekarang pun orang-orang Israel diaspora yang tinggal menyebar di seluruh dunia masih menyanyikan mazmur ini, sekedar melepaskan rasa rindu terhadap kembalinya kejayaan kota Zion ini. Lagu dari kutipan Mazmur 137 yang amat populer dan go public sejak tahun 70-an:”By the river of Babilon”. Di kalangan bangsa-bangsa Islam Arab Timur Tengah, lagu yang sering dilantunkan oleh suara emas penyanyi kondang, Bonnie M di tengah berkecamuknya perang, dinilai sebagai propaganada Zionisme saat itu. Lagu ini akhirnya menjadi idola remaja tahun 70 hingga era 80-an bahkan sampai sekarang.
  1. Tahun 539 (sm), Koresy atau Cyrus, raja Persia, menaklukkan Babilonia dan mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah airnya. Di bawah pimpinan Zerubabel mereka membangun kembali Bait Allah (II Tawarikh 36:22-23; Ezra 1:1-4; 3:8-13).
  2. 11.Tahun 334 (sm), Alexander Agung dari Macedonia-Mesir, menaklukkan Yerusalem dan negeri-negeri lain di Asia barat daya. Ia meninggal tanpa putra mahkota. Kerajaannya dibagi antara kedua panglima perangnya: Seleukus dan Ptolomeus. Seleukus menguasai Syria, Ptolomeus menguasai Mesir. Sedangkan Yerusalem digabungkan ke wilayah Mesir (I Makabe 1:1-9).
  3. 12.Tahun 198 (sm),  Antiochus III, raja Syria, mengalahkan pasukan Mesir dan menggabungkan tanah suci dengan Syria (I Makabe 1:16-20).
  1. Tahun 175 (sm), Antiochus IV, menjadi raja Syria. Ia membenci dan menghancurkan agama Yahudi, menghapus penyembahan kepada Yahwe dan meruntuhkan Bait Allah. Ia memaksa orang Israel makan daging babi yang haram (I Makabe 1:21-64; II Makabe 7:1-42), ingat kisah biblis: seorang ibu, memiliki tujuh orang anak yang mati terbunuh dalam waktu sehari oleh raja Antiochus.
  2. 14.Tahun 167 (sm), Imam Matatias dan kelima puteranya memimpin pemberontakan. Syria dapat dikalahkan dan mereka berhasil mendirikan pemerintahan sendiri (I Makabe 2:39-48).
  1. Tahun 69 (sm), di bawah pimpinan Pompeius, pasukan Roma menaklukkan tanah Yudea-Israel dan menjadikannya jajahan Roma, dengan nama ”Palestina”, dari sebutan Filistin.
  2. Tahun 40 Masehi (m), pasukan Parsia mengusir pasukan Roma dan menduduki tanah suci, tapi pada tahun 39 mereka diusir oleh Herodes Agung yang kemudian memerintah sebagai raja.
  3. Tahun 66 m, sesudah wafatnya Yesus Kristus, orang Yahudi memberontak terhadap kekuasaan Roma di bawah pimpinan kaum Zelot. Kaum Zelot berhasil merebut Benteng Masada dan mengusir penguasa Romawi dari tanah Yudea. Tetapi pada tahun 70, pemperontakan itu dapat dipatahkan oleh Jenderal Titus. Yerusalem dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah, seperti yang dinubuatkan oleh Yesus ketika Ia diusir dari Yerusalem, sebagaimana tertulis dalam kitab Injil (Luk 19:41-44; Luk 21:20-24; Mat 23:37-38; Luk 13:34-35). Yesus diancam untuk dibunuh karena karya-karya pewartaan-Nya di Yerusalem, sehingga dengan sedih Ia menyesalkan kebobrokan kota itu. Dari sinilah munculnya nubuat-nubuat Yesus tentang kota Yerusalem: “… akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat engkau.” (Luk 19:42-44) “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.” “…Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”
  1. Tahun 133-135 m, lagi-lagi orang Yahudi memberontak terhadap pemerintahan Roma di bawah pimpinan Simon Barkokhba. Kaiser Hadrianus memadamkannya dengan kejam. Reruntuhan Yerusalem yang telah dibumihanguskan dibangunnya kembali dengan gaya Romawi, sebagai kota baru bagian dari Roma, yang diberi nama “AELIA CAPITOLINA.”
  2. 19.Tahun 330-634 m, Tanah Suci dimasukkan ke dalam kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Setelah Kaiser Konstantin dibabtis menjadi Kristen, beliau memberikan kebebasan bagi agama Kristen untuk berkembang di seluruh negara, termasuk tanah suci. Banyak Gereja didirikan oleh Kaiser Konstantin.
  1. Tahun 614 m, Pasukan Persia menyerbu Tanah Suci. Ribuan orang Kristen dibunuh, ratusan Gereja dihancurkan. (bersambung)

 Catatan kaki

 [1] Ahmad Osman, Israel, Siapa Mereka?, Fima Rodheta, hal.181-188.

[2] R. Ishak Doera, “Napak Tilas di Tanah Suci”, Obor: Jakarta, 1997, hal. 6.

[3] Ibid, hal.6-9.

[4]Dari catatan, Kanisius Teobaldus Deki, (editor) “Israel-Palestina: Bertarung Untuk Bertukar derita”, hal. 1, dan diambil dari sumber www.wikipedia.org. Kanis T. Deki, pernah mengikuti program studi di kota Haifa-Israel selama dua tahun.

[5] https://kumparan.com, Fakta Bangsa Filistin yang Jadi Musuh Israel di Alkitab, sama dengan Palestina? Diproduksi oleh Berita Viral, 21 November 2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: